Semua Tentang Udang Windu
Morfologi Udang Windu
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah :
1. Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
2. Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat.
3. Sepasang sungut besar atau antena.
4. Dua pasang sungut kecil atau antennula.
5. Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
6. Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
7. Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan chela.
8. Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.
Proses Molting
Semua golongan arthropoda, termasuk udang mengalami proses pergantian kulit atau molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya bertambah besar. Agar udang bisa tumbuh menjadi besar, secara periodik akan melepaskan jaringan penghubung antara epidermis dan kutikula ekstraseluler, segera melepaskan diri dari kutikula (cangkang), menyerap air untuk memperbesar tubuh dan eksoskeleleton yang baru dan selanjutnya terjadi proses pengerasan dengan mineral-mineral dan protein. Proses molting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan) secara diskontinyu dan secara berkala. Ketika molting, tubuh udang menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuh udang tetap sampai pada siklus molting berikutnya.
Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit luarnya belum mengeras, udang pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.
Ekdisis (proses molting) merupakan suatu rangkaian proses yang sangat kompleks yang dimulai beberapa hari atau bahkan beberapa minggu sebelumnya. Pada dasarnya setiap jaringan terlibat dalam persiapan untuk molting yang akan datang, yaitu :
1. Cadangan lemak dalam jaringan hepatopankreas dimobilisasi.
2. Pembelahan sel meningkat.
3. Diproduksi mRNA yang baru, diikuti oleh sintesis senyawa protein baru.
4. Terjadi perubahan tingkah-laku.
Proses yang rumit ini melibatkan kordinasi sistem hormonal dalam tubuh udang. Siklus molting berlangsung melalui beberapa tahapan. Pada beberapa spesies, masing-masing mempunyai tahapan dan definisi sendiri-sendiri. Pada udang ada 4 tahapan, yaitu:
Postmolt, Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi (penanggalan eksoskeleton yang lama). Pada tahapan ini terjadi pengembangan eksoskeleton yang disebabkan oleh meningkatnya volume hemolymph akibat terserapnya air ke dalam tubuh. Air terserap melalui epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari (tergantung pada panjangnya siklus molting), eksoskeleton yang baru akan mengeras.
Intermolt, Pada tahapan ini, eksoskeleton menjadi semakin keras karena adanya deposisi mineral dan protein. Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih tipis dan lunak dibandingkan dengan kepiting dan lobster.
Early Premolt, Pada tahapan early premolt (premolt awal) mulai terbentuk epicuticle baru di bawah lapisan endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan suatu peningkatan konsentrasi hormon molting dalam hemolymph (darah).
Late Premolt, Pada tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah lapisan epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt. Kemudian diikuti dengan pemisahan cangkang lama dengan cangkang yang baru terbentuk. Eksoskeleton (cangkang) lama akan terserap sebagian dan cadangan energi dimobilisasi dari hepatopankreas. Ecdysis (pemisahan cangkang) sebagai suatu tahapan hanya berlangsung beberapa menit saja, dimulai dengan membukanya cangkang lama pada jaringan penghubung bagian dorsal antara thorax dengan abdomen, dan selesai ketika udang melepaskan diri dari cangkangnya yang lama. Siklus molting dikendalikan oleh hormon molting yang dihasilkan oleh kelenjar molting yang terdapat di dalam ruang anterior branchium, dan disebut Y - organ.
Label: bbap ujung batee , morfologi , siklus , udang windu
Laboratorium Manajemen Kesehatan dan Lingkungan BBAP Ujung Batee
SEKAPUR SIRIH
Struktur Organisasi
Mekanisme Pelayanan Sampel
Garis Besar Kegiatan Laboratorium
Personil
Irvan Firmasyah : Koordinator Laboratorium
Syafrizal : Pelaksana Laboratorium Kualitas Air dan Tanah
Hendro Sulistyo : Wakil Pelaksana
Bakhtiar SyahPutra : Pelaksana Laboratorium Histology
Fitriana : Pelaksana Laboratorium Mikrobilogi
Indah Wahyuningsih : Wakil Pelaksanan
Islahhuttamam : Pelaksana Laboratorium PCR
Evarianty : Wakil Pelaksana
Yang Pernah Berkunjung
PM. Australia : Mr. Kevin Ruud Tahun 2008
Gubernur Aceh : Bp. Irwandy Yusuf
Ketua Bappenas : Paskah Suzetta
Peneliti Australia : Mr. Nickholas
Peneliti Australia : Mr. Jes Sammut
Peneliti BRKP Maros : Bp. Tarunamulia dan Bp. Akmad Mustapa
Balai Besar Pengembangan Air Tawar Sukabumi : Bp Ceno
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel Pendahuluan
Koleksi sampel untuk pemeriksaan laboratorium, Sampel yang diserahkan untuk pemeriksaan laboratorim harus meliputi produk budidaya (ikan, udang dan lainnya), air dan sejarah penyakit. Sampel ikan atau udang yang dapat diperiksa di laboratorium meliputi ikan sakit yang masih hidup (live affected fish), ikan beku (frozen fish), ikan baru mati yang didinginkan (freshly dead Chilled fish) dan ikan yang terfiksasi (preserved specimens).
Ikan sakit yang masih hidup
Sampel ini layak hampir untuk semua analisis kecuali untuk beberapa analisis toksin dari beberapa zat kimia. Beberapa konsentrasi zat kimia dalam tubuh specimen akan berubah selama proses transportasi. Sampel ikan hidup dimasukan ke dalam kantong plastic yang berisi air dan oksigen. Jumlah air yang diperlukan adalah sebanyak 2 liter untuk 5-10 ekor ikan kecil berukuran 10 cm. Kemudian kantong plastik berisi sampel tersebut dimasukan ke dalam wadah misalnya stereoform. Kemudian masukkan sejumlah es yang dibungkus plastik ke dalam wadah atau stereoform tersebut. Apabila diragukan dapat mengirimkan sampel dalam keadaan hidup, ambil beberapa sampel tambahan seperti sampel beku, organ terfiksasi, cultur lesio organ.
Sampel ini layak untuk sebagian besar analisis apabila dengan segera dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Namun sampel ini kurang layak digunakan untuk pemeriksaan parasit. Apabila dalam keadaan dingin, sampel ikan besar masih layak dianalis dalam kurun waktu 12 jam, namun hanya 1-2 jam untuk sampel ikan berukuran kecil. Sampel dibungkus rapat dalam plastik kemudian masukkan ke dalam wadah atau stereoform yang berisi es. Pastikan sampel tidak langsung kontak langsung dengan es (agar tidak terkontaminasi air). Sebaiknya dilakukan pemeriksaan parasit terlebih dahulu, karena parasit akan segera meninggalkan ikan yang telah mati.
Sampel air juga digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi dan kelimpahan mikroalga. Sedikitnya diperlukan air sebanyak 200 ml untuk analisis mikrobiologi. Sampel disimpan dalam suhu 4 0C dan diperikasa dalam kurun waktu 24 jam. Botol sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi harus memiliki tutup yang rapat untuk menghindari kontaminasi dan tahan terhadap proses sterilisasi.
Sampel untuk analisis kelimpahan alga dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengambilan sampel harus mewakili berbagai tingkat kedalaman perairan. Sedikitnya diperlukan sampel sabanyak 1L air untuk analisis alga secara kunantitatif. Lakukan analisis secepatnya selama organisme masih hidup. Apabila tidak dapat melakukan pemeriksaan secepatnya, lakukan pengawetan/preservasi sampel menggunakan 3% phosphat buffered glutaraldehyde, 2% formalin atau larutan lugol (100g KI, 1000 ml aquadest, 50 g kristal iodine dan 100 ml asam asetat glacial).
Label: kualitas air , pcr , teknik pengambilan sampel
POTENSI PENGGUNAAN KASCING PADA BUDIDAYA UDANG WINDU SKALA LABORATORIUM
Abstrak
Pendahuluan
Gbr 1. Budidaya Cacing Tanah
Gbr 2. Kascing
Metode
Gbr 3. Hari Pertama
Gbr 4. Hari Kedua
Hasil dan Pembahasan
tabel 1
tabel 2
Kesimpulan
Dari kegiatan ini dapat di simpulkan kascing dapat digunakan sebagai pupuk alternative dalam buidaya udang windu
Label: bankteri vibrio , cacing tanah , kascing , kompos , udang windu
Datang Kembali, Diantara Persimpangan Jalan
Datang Kembali, Diantara Persimpangan Jalan
Udah lama, aku gak membuka nich blog, terkadang aku berpikir stagnan, apakah yang ku buat ini bermanfaat bagi orang lain? jika tidak mengapa aku harus melanjutkannya.. kan hanya buang waktu ku...
Lama aku berpikir, kurang lebih 2 bulan aku menghabiskan waktuku, ku pun sempat berjalan ke medan, em apakah iya blog yang ku buat ini tidak bermanfaat...?!! di medan aku bertemu orang yang berbica tentang ikan nila dan bakteri vibrio.... orang itu menjelaskan tentang kemampuan ikan nila dalam menghambat bakteri vibrio... dan ku mulai berpikir dari mana ia dapat info tentang itu, setau ku sangat jarang tentang hal tersebut..
Dan aku kembali...dan blog ku tak kan ku sia-siakan
Label: bakteri vibrio , ikan nila