Poster Pengiriman Sampel

Semua Tentang Udang Windu



Morfologi Udang Windu


Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.

Bagian Kepala
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah :

1. Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
2. Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat.
3. Sepasang sungut besar atau antena.
4. Dua pasang sungut kecil atau antennula.
5. Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
6. Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
7. Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan chela.
8. Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Bagian Badan dan Perut (Abdomen)
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.

Sifat Udang Windu

Dalam budidaya udang windu dan vanamei kita sejogyanya juga mengenal sifat-sifat (fisiologi) dari udang windu dan vanamei tersebut. Berikut dismpaikan beberapa sifat udang windu (Fisiologi Udang Windu-Penaeus monodon) yang perlu diketahui antara lain : Nocturnal yaitu secara alami udang merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka bersembunyi di dalam substrat atau lumpur. Namun di tambak budidaya dapat dilakukan feeding dengan frekuensi yang lebih banyak untuk memacu pertumbuhannya. Kanibalisme, Udang windu suka menyerang sesamanya, udang sehat akan menyerang udang yang lemah terutama pada saat molting atau udang sakit. Sifat kanibal akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan kurang pakan dan padat tebar tinggi.

Sifat berikutnya dari udang windu adalah berupa, Pakan dan kebiasaan makan (Feeding behaviour), Udang windu hidup dan mencari makan di dasar perairan (benthic). Udang windu merupakan hewan pemakan lambat dan terus-menerus dan digolongkan ke dalam hewan pemakan segala macam bangkai (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus dan karnivora yang memakan krustacea kecil, amphipoda dan polychaeta.

Molting, Udang windu melakukan ganti kulit (molting) secara berkala. Frekuensi molting menurun seiring dengan makin besarnya ukuran udang. Pada stadium larva terjadi molting setiap 30-40 jam pada suhu 280 C. Sedangkan juvenile dengan ABW 1-5 gram mengalami molting setiap 4-6 hari, selanjutnya pada ABW 15 gram periode molting terjadi sekitar 2 minggu sekali. Kondisi lingkungan dan makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang kurang efisien selam molting, akibatnya selama proses ini beberapa udang mengalami kematian akibat hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh. Ammonothelic, Amonia dalam tubuh udang windu dikeluarkan lewat insang.

Sirklus Hidup

Merupakan spesies katadromus, udang dewasa memijah di laut lepas, sedangkan udang muda (juvenile) bermigrasi ke daerah pantai.


Setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas menjadi bagian dari zooplankton. Saat stadium post larva mereka bergerak ke daerah dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas.

Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari, udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam dimana kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi.

Proses Molting

Semua golongan arthropoda, termasuk udang mengalami proses pergantian kulit atau molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya bertambah besar. Agar udang bisa tumbuh menjadi besar, secara periodik akan melepaskan jaringan penghubung antara epidermis dan kutikula ekstraseluler, segera melepaskan diri dari kutikula (cangkang), menyerap air untuk memperbesar tubuh dan eksoskeleleton yang baru dan selanjutnya terjadi proses pengerasan dengan mineral-mineral dan protein. Proses molting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan) secara diskontinyu dan secara berkala. Ketika molting, tubuh udang menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuh udang tetap sampai pada siklus molting berikutnya.


Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit luarnya belum mengeras, udang pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.

Ekdisis (proses molting) merupakan suatu rangkaian proses yang sangat kompleks yang dimulai beberapa hari atau bahkan beberapa minggu sebelumnya. Pada dasarnya setiap jaringan terlibat dalam persiapan untuk molting yang akan datang, yaitu :
1. Cadangan lemak dalam jaringan hepatopankreas dimobilisasi.
2. Pembelahan sel meningkat.
3. Diproduksi mRNA yang baru, diikuti oleh sintesis senyawa protein baru.
4. Terjadi perubahan tingkah-laku.

Proses yang rumit ini melibatkan kordinasi sistem hormonal dalam tubuh udang. Siklus molting berlangsung melalui beberapa tahapan. Pada beberapa spesies, masing-masing mempunyai tahapan dan definisi sendiri-sendiri. Pada udang ada 4 tahapan, yaitu:
Postmolt, Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi (penanggalan eksoskeleton yang lama). Pada tahapan ini terjadi pengembangan eksoskeleton yang disebabkan oleh meningkatnya volume hemolymph akibat terserapnya air ke dalam tubuh. Air terserap melalui epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari (tergantung pada panjangnya siklus molting), eksoskeleton yang baru akan mengeras.
Intermolt, Pada tahapan ini, eksoskeleton menjadi semakin keras karena adanya deposisi mineral dan protein. Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih tipis dan lunak dibandingkan dengan kepiting dan lobster.

Early Premolt, Pada tahapan early premolt (premolt awal) mulai terbentuk epicuticle baru di bawah lapisan endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan suatu peningkatan konsentrasi hormon molting dalam hemolymph (darah).
Late Premolt, Pada tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah lapisan epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt. Kemudian diikuti dengan pemisahan cangkang lama dengan cangkang yang baru terbentuk. Eksoskeleton (cangkang) lama akan terserap sebagian dan cadangan energi dimobilisasi dari hepatopankreas. Ecdysis (pemisahan cangkang) sebagai suatu tahapan hanya berlangsung beberapa menit saja, dimulai dengan membukanya cangkang lama pada jaringan penghubung bagian dorsal antara thorax dengan abdomen, dan selesai ketika udang melepaskan diri dari cangkangnya yang lama. Siklus molting dikendalikan oleh hormon molting yang dihasilkan oleh kelenjar molting yang terdapat di dalam ruang anterior branchium, dan disebut Y - organ.







Laboratorium Manajemen Kesehatan dan Lingkungan BBAP Ujung Batee

SEKAPUR SIRIH

Laboratorium manajemen kesehatan dan lingkungan BBAP Ujung Batee, terdiri dari empat bagian laboratorium, antara lain , 1. Lab Kualitas Air dan Tanah. 2. Lab. Histologi, 3. Lab Mikrobiologi, 4. Lab PCR..

Laboratorium berfungsi dan bertanggung jawab dalam pengembangan budidaya perikanan dan memberikan pelayan yang bersifat teknis di lingkungan BBAP Ujung Batee serta ke masyarakat di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Ruang sebagai pusat pelayan masyarakat ruang gerak Laboratorium Manajemen Kesehatan dan Lingkungan mencapai se-Sumatra.

Struktur Organisasi


Mekanisme Pelayanan Sampel


Garis Besar Kegiatan Laboratorium


Personil

Irvan Firmasyah : Koordinator Laboratorium



Syafrizal : Pelaksana Laboratorium Kualitas Air dan Tanah
Hendro Sulistyo : Wakil Pelaksana

Bakhtiar SyahPutra : Pelaksana Laboratorium Histology

Fitriana : Pelaksana Laboratorium Mikrobilogi
Indah Wahyuningsih : Wakil Pelaksanan

Islahhuttamam : Pelaksana Laboratorium PCR
Evarianty : Wakil Pelaksana


Yang Pernah Berkunjung

PM. Australia : Mr. Kevin Ruud Tahun 2008
Gubernur Aceh : Bp. Irwandy Yusuf
Ketua Bappenas : Paskah Suzetta
Peneliti Australia : Mr. Nickholas
Peneliti Australia : Mr. Jes Sammut
Peneliti BRKP Maros : Bp. Tarunamulia dan Bp. Akmad Mustapa
Balai Besar Pengembangan Air Tawar Sukabumi : Bp Ceno







Teknik Pengambilan Sampel


Teknik Pengambilan Sampel Pendahuluan

Sampel dapat diartikan sebagai contoh atau cuplikan atau bagian dari suatu jumlah dari populasi yang dapat mewakili dalam mengartikan suatu keadaan. Pada umumnya sampel di gunakan untuk melakukan analisa terhadap kejadian yang sudah terjadi atau yang akan terjadi.
Pada bagan diatas di jelaskan berbagai jenis sampel dan kegunaanya, untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari pengujian sampel di perlukan pengetahuan akan cara mengambil sampel dan pengirimin sampel, sehingga hasil yang didapat dari pengujian sampel sesuai dengan metode yang akan diterapkan di lapangan.


Koleksi sampel untuk pemeriksaan laboratorium, Sampel yang diserahkan untuk pemeriksaan laboratorim harus meliputi produk budidaya (ikan, udang dan lainnya), air dan sejarah penyakit. Sampel ikan atau udang yang dapat diperiksa di laboratorium meliputi ikan sakit yang masih hidup (live affected fish), ikan beku (frozen fish), ikan baru mati yang didinginkan (freshly dead Chilled fish) dan ikan yang terfiksasi (preserved specimens).

Ikan sakit yang masih hidup

Sampel ini layak hampir untuk semua analisis kecuali untuk beberapa analisis toksin dari beberapa zat kimia. Beberapa konsentrasi zat kimia dalam tubuh specimen akan berubah selama proses transportasi. Sampel ikan hidup dimasukan ke dalam kantong plastic yang berisi air dan oksigen. Jumlah air yang diperlukan adalah sebanyak 2 liter untuk 5-10 ekor ikan kecil berukuran 10 cm. Kemudian kantong plastik berisi sampel tersebut dimasukan ke dalam wadah misalnya stereoform. Kemudian masukkan sejumlah es yang dibungkus plastik ke dalam wadah atau stereoform tersebut. Apabila diragukan dapat mengirimkan sampel dalam keadaan hidup, ambil beberapa sampel tambahan seperti sampel beku, organ terfiksasi, cultur lesio organ.




Ikan baru mati dan didinginkan
Sampel ini layak untuk sebagian besar analisis apabila dengan segera dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Namun sampel ini kurang layak digunakan
untuk pemeriksaan parasit. Apabila dalam keadaan dingin, sampel ikan besar masih layak dianalis dalam kurun waktu 12 jam, namun hanya 1-2 jam untuk sampel ikan berukuran kecil. Sampel dibungkus rapat dalam plastik kemudian masukkan ke dalam wadah atau stereoform yang berisi es. Pastikan sampel tidak langsung kontak langsung dengan es (agar tidak terkontaminasi air). Sebaiknya dilakukan pemeriksaan parasit terlebih dahulu, karena parasit akan segera meninggalkan ikan yang telah mati.



Ikan terfiksasisampel ini diawetkan dalam beberapa macam larutan kimia misalnya larutan Davidson, larutan Bouin’s larutan formalin 10% dan ethanol 95%. Preservasi sampel dalam ethanol 95%, digunakan untuk pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR). Sedangkan preservasi dalam larutan Davidson, Bouin’s dan formalin 10% digunakan untuk pemeriksaan Histopathologi. Larutan Davidson mengandung 30 bagian Ethanol 95%, 20 bagian formalin 40%, 10 bagian asam asetat glacial, dan 30 bagian air. Kemudian pindahkan sampel terfiksasi ke larutan ethanol 70 dalam kurun waktu satu minggu. Jenis sampel ini tidak dapat digunakan untuk mengisolasi agen patogen.



sampel airSampel air sangat dibutuhkan untuk hampir seluruh kejadian kasus penyakit. sampel ini dapat digunakan untuk analisis kimia air seperti pH, Oksigen, BOD, total disolved solid, Amoniak, nitrat, nitrit, phosfat, logam berat, residu pestisida dan lain-lain yang sangat mendukung dalam diagnosa penyakit. pH, Oksigen dan suhu sebaiknya diperiksa secara langsung di lokasi karena kemungkinan akan terjadi perubahan selama proses transportasi. Jumlah sampel yang diperlukan untuk analisis pH dan Oksigen sedikitnya sebanyak 300 ml serta tidak mengandung gelembung udara di dalamnya. Botol sampel kemudian ditutup rapat, disegel dan ditutup dengan alumunium foil agar terhindar dari cahaya matahari. Untuk pemeriksaan nitrat, nitrit dan amonium, harus diperiksa dengan segera atu dibekukan secepatnya karena senyawa ini memiliki ion yang labil. 20 ml sampel cukup untuk ketiga uji ini dan jangan mengisi botol sampel secara penuh.
Sampel air juga digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi dan kelimpahan mikroalga. Sedikitnya diperlukan air sebanyak 200 ml untuk analisis mikrobiologi. Sampel disimpan dalam suhu 4 0C dan diperikasa dalam kurun waktu 24 jam. Botol sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi harus memiliki tutup yang rapat untuk menghindari kontaminasi dan tahan terhadap proses sterilisasi.
Sampel untuk analisis kelimpahan alga dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengambilan sampel harus mewakili berbagai tingkat kedalaman perairan. Sedikitnya diperlukan sampel sabanyak 1L air untuk analisis alga secara kunantitatif. Lakukan analisis secepatnya selama organisme masih hidup. Apabila tidak dapat melakukan pemeriksaan secepatnya, lakukan pengawetan/preservasi sampel menggunakan 3% phosphat buffered glutaraldehyde, 2% formalin atau larutan lugol (100g KI, 1000 ml aquadest, 50 g kristal iodine dan 100 ml asam asetat glacial).


Persiapan,pengambilan dan penyimpanan sampel air berbeda tergantung pada jenis analisis yang diperlukanBotol sampel yang digunakan untuk pengambilan sampel air biasanya berbahan polyethylene. Terdapat 4 tipe persiapan sebelum melakukan pengambilan sampel air: 1. Pencucian dan pembilasan botol sampel dengan air yang akan diambil sampelnya. Hal ini berfungsi untuk meminimalisir kontaminasi sampel dari dalam kontainer. Perlakuan ini dilakukan untuk analisis TDS (Total Dissolved Solid), TSS (Total Suspended Solid), DO (Dissolved Oksigen), Biological oxygen Demand (BOD) dan pemeriksaan alga. 2. Pencucian menggunakan cairan yang bersifat asam untuk analisis logam berat pada sampel. 3. Pencucian menggunakan larutan organik misalnya hexane untuk analisis hydrocarbon dan residu pestisida. 4. Sterilisasi botol sampel untuk analisis mikrobiologi. Untuk analisis mikrobiologi, pestisida dan logam berat, jangan melakukan pencucian botol sampel dengan air yang akan diambil sampelnya.
Untuk melakukan pengambilan sampel air, diusahakan jangan terdapat gelumbung udara pada sampelLidungi sampel dari cahaya untuk analisis oksigen, BOD dan pestisida dengan menggunakan botol berwarna gelap atau menutupnya menggunakan aluminium foil. Sampel untuk analisis logam berat perlu ditambahkan asam nitrit (HNO3) atau HCl sebanyak 1ml per 500 ml sampel.
Sejarah kejadian penyakit harus juga dikirimkan bersama dengan pengiriman sampel. Sejarah ini mencakup dapat ditulis dalam form pengiriman sampel dan mencakup beberapa hal antara lain: 1. Data Pengirim dan pemilik sampel disertai alamatnya. 2. Data populasi produk budidaya meliputi jumlah, jenis spesies, umur, ukuran asal dan lama pemeliharaan. 3.Data kejadian penyakit meliputi mortalitas, morbiditas, gejala klinis yang timbul, waktu kejadian penyakit dan pengobatan yang telah dilakukan. 4. Tipe tempat pemeliharaan apakah dalam bentuk bak atau tambak, penggunaan filter atau alat untuk treatmen air serta pengelolaan kualitas air lainnya. 5. Data lingkungan meliputi pH, DO, salinitas aliran air, kelimpahan alga serta cuaca. 6. Data manajemen pemeliharaan meliputi kemungkinan adanya faktor penyebab stres, grading, pemberian vaksin dan manajemen pemberian pakan. 7.Data sampel yang dikirimkan, permintaan jenis analisis dan waktu Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan oleh Petugas Pengambil Contoh (PPC) yang telah melakukan pelatihan pengambilan sampel. Untuk petani, sebaiknya sampel biota atau produk budidaya dikirimkan dalam keadaan hidup agar mempermudah analisis sampel.

Poster IndoAqua 2009

POTENSI PENGGUNAAN KASCING PADA BUDIDAYA UDANG WINDU SKALA LABORATORIUM

Abstrak

Kegiatan ini bertujuan untuk melihat efektifitasan kascing sebagai pengganti pupuk anoraganik dalam budidaya udang windu Parameter yang diamati antara lain : indeks keanekaragaman plankton, indeks kelimpahan plankton, laju pertumbuhan udang windu dan kelulushidupan udang windu, serta total bakteri vibrio

Pendahuluan
Dalam persiapan tambak penggunaan pupuk sangat mutlak dilakukan guna meningkatkan produktifitas tambak. Pupuk yang biasa di gunakan merupakan pupuk dari jenis anorganic antara lain : pupuk NPK, pupuk TSP, pupuk Urea. Akan tetapi saat ini keberadaan pupuk sangat sulit untuk di dapatkan dan mahal harganya. Melihat hal ini makan kami dari BBAP Ujung Batee, mencoba pengembangan pembuatan pupuk alternative sebagai pengganti pupuk anorganic tersebut. Pembuatan pupuk organic ini menggunakan kemampuan cacing tanah dalam mendekomposisi unsur hara atau yang lebih disebut sebagai pupuk kompos cacing (kascing).

Gbr 1. Budidaya Cacing Tanah

kascing,budidaya cacing tanah,rizal,ujung batee

Gbr 2. Kascing

kascing,pupuk,udang windu

Metode
Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan dosis kascing 100 gram, 200 gram dan 300 gram, dan control menggunakan pupuk anorganik. Dan udang windu yang digunakan sebanyak 300 ekor per aquarium. Dengan aquarium berukuran 60 x 30 x 40 cm, parameter yang diamati indeks keanekaragaman plankton, indeks kelimpahan plankton, laju pertumbuhan udang windu dan kelulushidupan udang windu, serta total bakteri vibrio.

Gbr 3. Hari Pertama

kascing,metode,air,udang windu,rizal,ujung batee

Gbr 4. Hari Kedua

warna air,kascing,plankton

Hasil dan Pembahasan
Kelimpahan plankton antara lain : Skeletonema, navicula, nizschia, chaetoceros, dan thalasionema . Laju pertumbuhan udang windu, terbaik di dapat pada dosis kascing sebanyak 200 gram pada ulangan 1 dengan aju pertumbuhan 85 %, dan survival rate dengan 80 %, dapat diartikan bahwa udang windu mampu memanfaatkan plankton yang dihasilkan oleh kascing. Sedangkan total bakteri sangat rendah bila dibandingkan dengan dengan total bakteri dari pupuk anorganik, hal ini disebabkan kandungan unsure N pada kascing sangat tinggi, sehingga mampu menekan perkembangan bakteri.

tabel 1

tabel,kelimpahan

tabel 2

indeks keaneka ragaman plankton

Kesimpulan
Dari kegiatan ini dapat di simpulkan kascing dapat digunakan sebagai pupuk alternative dalam buidaya udang windu

Datang Kembali, Diantara Persimpangan Jalan

Datang Kembali, Diantara Persimpangan Jalan

Udah lama, aku gak membuka nich blog, terkadang aku berpikir stagnan, apakah yang ku buat ini bermanfaat bagi orang lain? jika tidak mengapa aku harus melanjutkannya.. kan hanya buang waktu ku...
Lama aku berpikir, kurang lebih 2 bulan aku menghabiskan waktuku, ku pun sempat berjalan ke medan, em apakah iya blog yang ku buat ini tidak bermanfaat...?!! di medan aku bertemu orang yang berbica tentang ikan nila dan bakteri vibrio.... orang itu menjelaskan tentang kemampuan ikan nila dalam menghambat bakteri vibrio... dan ku mulai berpikir dari mana ia dapat info tentang itu, setau ku sangat jarang tentang hal tersebut..
Dan aku kembali...dan blog ku tak kan ku sia-siakan

Top a 7 day's

Pengikut

Buku Tamu


ShoutMix chat widget

Pengunjung

traffic

Waktu