Efektifitas Protein Skimer Rumah Tangga dalam Meningkatkan Kualitas Air Pada Pemeliharaan Larva Kerapu Macan

Efektifitas Protein Skimer Rumah Tangga dalam

Meningkatkan Kualitas Air Pada Pemeliharaan Larva Kerapu Macan

Oleh : Syafrizal1, Evariaty2, Zulkanain3, Hendro Sulistiono4

Menurunnya kualitas air pada pemeliharaan larva kerapu macan dapat disebabkan faktor fisik, kimia dan biologi. Air dapat mengalami perubahan akibat introduksi dari bahan-bahan baru yang melebihi kapasitas lingkungannya. Untuk itu di perlukan alat bantu sederhana dan murah guna mengatasi penurunan kualitas air pada media pemeliharaan.

Perekayasaan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas hasil rancangan bangun berupa protein skimer sederhana. Metode yang digunakan adalah mengukur parameter bahan organik, amoniak, bakteri sebelum dan sesudah melewati protein skimer sederhana. Dari hasil pengujian protein skimer sederhana ini mampu menurunkan bahan organik, amoniak, nitrit, total bakteri.

Kata Kunci : protein skimer, bahan organik, total bakteri

*1Syafrizal : Staff Perekayasa di Laboratorium Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBAP Ujung Batee

*2Evariaty : Staff Perekayasa di Laboratorium Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBAP Ujung Batee

*3Zulkainain : Staff Pengawasan Benih Ikan di Laboratorium Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBAP Ujung Batee

*4Hendro Sulistiono : Staff PHPI Ikan di Laboratorium Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan BBAP Ujung Batee

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemeliharaan kerapu macan untuk pembesaran di keramba jaring apung atau pembesaran yang dilakukan di tambak saat ini sedang berkembang di masyarakat aceh. Budidaya kerapu dapat menggerakan industri perikanan dari hulu hingga hilir budiaya, dimulai dengan ketersedian benih dari hatcehry penghasil kerapu, pendederan kerapu, hingga pembesaran kerapu ukuran konsumsi.

Benih ikan kerapu macan saat ini di provinsi aceh banyak di pasok dari luar provinsi namun ketersedian benih belum mencukupi kebutuhan pembudidaya. Balai Budidaya Air Payau saat ini sedang melaksanakan pembenihan ikan kerapu macan guna memenuhi kebutuhan benih ikan kerapu.

Kualitas air dalam kegiatan menentukan keberhasilan dari usaha pembenihan, perubahan kualitas air akan menyebabkan kegagalan. Menurunnya kualitas air pada pemeliharaan larva kerapu macan dapat disebabkan faktor fisik, kimia dan biologi. Air dapat mengalami perubahan akibat introduksi dari bahan-bahan baru yang melebihi kapasitas lingkungannya.

Saat ini penggunaan alat protein skimmer sangat umum digunakan, alat ini berguna untuk menangkap/menyaring protein yang ada di air pemeliharaan. Protein berasal dari sisa pakan dan sisa metabolisme dari ikan yang di pelihara. Tetapi alat protein skimmer ini sangat mahal harganya hanya pembenihan-pembenihan yang berkecukupan modal.

Untuk Itu Laboratorium Kesehatan Hewan Akuatik dan Lingkungan, Divisi Lingkungan Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee berinisiatif mencoba menyederhanakan alat protein skimmer dengan cara mengadopsi sistim kerja protein skimmer sehingga menjadikan alat tersebut menjadi lebih ekonomis tanpa menghilangkan fungsinya.

1.2. Tujuan

Mengetahui efektivitas protein skimmer sederhana dalam meningkatkan kualitas air.

1.3. Sasaran

Menghasilkan alternatif sistim protein skimmer dalam meningkatkan kualitas air.

1.4. Dampak

Menghasilkan protein skimmer sederhana, ekonomis tanpa menghilangkan fungsinya.

II. Bahan dan Metode

2.1. Waktu dan Tempat

Waktu perekayasaan dilakukan pada bulan Juni – Juli 2010, bertempat di Laboratorium Kesehatan Hewan Akuatik dan Lingkungan Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat protein skimmer sederhana adalah pipa paralon, kain screen, kran, slang, pompa. Alat-alat yang digunakan berupa alat pengukuran kualitas air untuk pengambilan dan pengujian serta alat protein skimmer merk Nirox PER oxi 3000 sebagai pembanding

2.3. Prosedur Kerja

2.3.1. Pembuatan Alat Protein Skimmer Sederhana

Pembuatan alat protein skimmer menggunakan pipa ukuran 4 inchi sebagai pipa utama sepanjang 40 cm, dan pipa ukuran 2 inchi sebagai pipa sekunder sepanjang 15 cm terletak didalam pipa utama. Dove ukuran 4 inchi untuk penutup dasar pipa utama, ovel pada bagian atas pipa utama sebagai penampung busa.

Pipa utama terdiri dari pipa air masuk dan pipa air keluar, pipa air masuk dibuat dengan melubangi pipa utama dari dasar pipa setinggi 5 cm menggunakan pipa paralon ukuran ¾ inchi dan menyambung pada pipa sekunder. Sedangkan pipa air keluar di buat dengan melubangi bagian atas pipa utama dibawah penampung busa menggunakan pipa ¾ inchi yang memiliki kran sebagai pengatur debit air keluar

Untuk memasukan air menggunakan pompa berukuran 15 volt dimana pipa air masuk di bungkus dengan screen yang berfungsi sebagi filter. Pada pipa sekunder yang berada di dalam pipa utam juga di bungkus dengan kain screen

2.3.2. Persiapan Pengujian

Persiapan pengujian dengan cara mengoperasionalkan alat protein skimmer sederhana di pemeliharaan larva kerapu dan alat protein skimmer merk Nirox PER oxi 3000 sebagai pembanding.

2.3.3. Pengujian dan Pengambilan Contoh

Pengujian dan pengambilan contoh air uji dilakukan sebelum menggunakan alat protein skimmer dan sesudah menggunakan protein skimmer. Air Uji merupakan air pemeliharaan saat larva berumur 10 hari , pengukuran dilakukan selama lima hari.

2.3.4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan secara kualitatif

III. Hasil dan Pembahasan

Kualitas air dalam kegiatan menentukan keberhasilan dari usaha pembenihan, perubahan kualitas air akan menyebabkan kegagalan. Menurunnya kualitas air pada pemeliharaan larva kerapu macan dapat disebabkan faktor fisik, kimia dan biologi. Air dapat mengalami perubahan akibat introduksi dari bahan-bahan baru yang melebihi kapasitas lingkungannya. Sehingga di perlukan sebuah alat bantu berupa protein skimer untuk mereduksi bahan-bahan penurun kualitas air.

Bahan Organik

1. Tabel Pengukuran Nilai Rata-rata Bahan Organik :

Ulangan

Sebelum Menggunakan Protein skimer

Nirox PER oxi 3000

Protein Skimmer Perekayasaan

Ulangan 1

65 ppm

45 ppm

40 ppm

Ulangan 2

68 ppm

47 ppm

42 ppm

Ulangan 3

63 ppm

43 ppm

37 ppm

Terjadi penurunan nilai bahan organik pada penggunaan protein skimer merk Nirox PER oxi 3000 dan protein skimmer perekayasaan bahwa alat protein skimmer berfungsi dengan baik. Padatan yang berasal dari sisa-sisa pakan, sisa-sisa metabolisme ikan tersuspensi terperangkap dalam tabung pada bagian atas dari alat protein skimmer. Protein skimmer perekayasaan memiliki kemampuan dalam mengurangi nilai bahan organik lebih baik bila dibandingan dengan protein skimmer buatan pabrik hal ini disebabkan adanya penambahan kain screen yang berfungsi sebagai filter.

Bahan organik adalah sumber energi bagi bakteri dan mikroba yang menghasilkan nutrisi proses biokimia. Akan tetapi nutrisi yang dihasilkan tidaklah selalu memberikan manfaat bagi ikan yang dibudidayakan, justru sebaliknya bisa menjadi penyebab kematian bagi ikan/udang yang dipellihara.

Bahan organik selalu menempati bagian dasar kolam atau tambak. Pada umumnya bahan organik adalah berasal dari endapan karbohidrat, protein dan sel-sel lainnya baik yang mudah (karbohidrat dan protein sederhana) atau yang sulit (karbohidrat dan protein kompleks) di degradasi oleh mikroorganisme

Yang biasanya berasal dari sisa makanan, pupuk, organisme mati. Akan tetapi keberadaan bahan organik tersebut bisa dipertahankan pada kondisi optimal dengan melakukan pengaturan penggunaan jenis ikan, budidaya polikultur, densitas penebaran, pemupukan, kuantitas dan frequensi pemberian pakan, pergantian air, dan pemberian aerasi (Boyd, 1995).

Ammoniak

Tabel 2. Nilai Rata-rata pengukuran Amoniak

Ulangan

Sebelum Menggunakan Protein skimer

Nirox PER oxi 3000

Protein Skimmer Perekayasaan

Ulangan 1

0,23 ppm

0,13 ppm

0,07 ppm

Ulangan 2

0,28 ppm

0,15 ppm

0,09 ppm

Ulangan 3

0,20 ppm

0,12 ppm

0,05 ppm

Dari hasil pengukuran terjadi penurunan kandungan anmoniak pada setiap ulangan dengan menggunakan alat protein skimmer, penurunan terbaik didapat dari protein skimmer perekayasaan, hal ini berkolerasi dengan bahan organik dimana semakin rendah kandungan bahan organik semakin rendah kandungan anmoniak.

Ammonia berasal dari kandungan nitrogen yang bersumber dari limbah rumah tangga ataupun industri. Di lain pihak bisa berasal dari sisa pakan dan sisa feses (sisa metabolisme protein oleh ikan) yang dihasilkan ikan itu sendiri dan bahan organik lainnya. Hampir 85% nitrogen pakan untuk udang dikonversi menjadi ammonia (Svobodova, at al, 1993).

Ammonia di dalam air ada dalam bentuk molekul (non disosiasi/unionisasi) ada dalam bentuk NH3 dan ada dalam bentuk ion ammonia (disosiasi) dalam bentuk NH4 +. Kedua bentuk ammonia tersebut sangat bergantung pada kondisi pH dan suhu air (Tabel 10).

Dinding sel tidak dapat ditembus oleh ion ammonia (NH4 +), akan tetapi ammonia (NH3) akan mudah didifusi melewati jaringan jika konsentrasinya tinggi dan berpotensi menjadi racun bagi tubuh ikan.

Sehingga kondisi normal ada dalam kondisi asam seimbang pada hubungan air dengan jaringan. Jika keseimbangan dirubah, seperti nilai pH di salah satu bagian turun akan mengudang terjadinya penambahan molekul ammonia (Svobodova, at al, 1993). Tingkat racun dari ammonia selain karena faktor pH dan ammonia juga dipengaruhi oleh kandungan oksigen di dalam air.

Total Bakteri

Tabel 3. Nilai rata-rata total bakteri

Ulangan

Sebelum Menggunakan Protein skimer

Nirox PER oxi 3000

Protein Skimmer Perekayasaan

Ulangan 1

33 x 10 3 CFU

23 x 10 3 CFU

20 x 10 3 CFU

Ulangan 2

25 x 10 3 CFU

18 x 10 3 CFU

16 x 10 3 CFU

Ulangan 3

28 x 10 3 CFU

20 x 10 3 CFU

18 x 10 3 CFU

Dari data hasil perhitungan di atas terjadi penurunan populasi bakteri setelah pemakain alat protein skimmer baik protein skimmer Nirox PER oxi 3000 dan protein skimmer perekayasaan. Protein skimmer perekayasaan memiliki kemampuan menurunkan populasi bakteri.

Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.

Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.

Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya.

Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan

IV Kesimpulan

Penggunaan Protein skimmer hasil perekayasaan efektif dalam menjaga kualitas air pada pemeliharaan larva kerapu macan. Protein skimmer perekayasaan memampu mereduksi kandungan bahan organik, amoniak dan bakteri.

Penyakit Ikan yang disebabkan Oleh Parasit

Penyakit Ikan yang disebabkan Oleh Parasit
oleh Syafrizal

Salah satu kegagalan budidaya perikanan saat ini adalah kematian yang disebabkan oleh penyakit karena penyakit. Masalah ini cukup serius karena parasit dapat menyerang ikan pada ukuran induk hingga larva.
Parasit biasanya lebih banyak menyerang ikan-ikan yang dibudidayakan dari pada ikan-ikan yang hidup secara liar diperairan bebas. Hal ini disebabkan oleh tingginya padat tebar serta mudah berubahnya kondisi perairan ikan budidaya. Disebut dengan parasit karena sebagian siklus hidupnya dengan menempel/menumpang pada individu lain.
Serangan Parasir Pada Ikan Kerapu (Koleksi Laboratorium BBAP Ujung Batee, 2009)

Kematian karena parasit biasanya berjalan lambat dan bertahap. Gejalanya sering dapat dilihat dengan mata, oleh karena itu infestasi yang disebabkan parasit dapat langsung diketahui dilapangan. parasit-parasit yang hidup dapat menyebabkan efek yang berbeda terhadap inang. Prasit yang dijumpai pada bagian luar dari tubuh ikan disebut dengan ektoparasit sedangkan parasit yang berada di dalam tubuh ikan disebut dengan endoparasit.

Beberbagai jenis serangan parasit :

Jenis Protozoa
Cryptocaryoniosis atau White Spot
Disebut white spot karena parasit menyebabkan bintil putih pada bagian yang terserang. Agen kausatif : Cryptocaryon irritans, golongan Cilliata-protozoa, biasanya menyerang pada ikan budidaya seperti, kakap, kerapu, menginfeksi bagian insang dan kulit dan menyebabkan kematian.

Ciri-ciri parasit :
  • bentuk seperti buah pear dilengkapi dengan cillia pada permukaan tubuhnya
  • berukuran 100 - 400 nm
  • parasit bergerak aktif dibawah kulit dan ephitel insang
  • parasit dewasa akan meninggalkan inang dan berenang bebas selama beberapa jam kemudian berubah menjadi cyst yang berdiam didasar bak untuk tumbuh dan berkembang lebih lanjut
  • Cyst tersebut setelah 6 - 8 hari berkembang menjadi parasit muda
  • Kekuatan parasit muda tanpa inang tidak lebih dari 24 jam

Gejala klinis :
  • Daerah terserang parasit terlihat jelas dalam bentuk bintil putih atau bintil keabu-abuan pada kulit atau insang
  • ikan yang terserang kehilangan nafsu makan
  • berenang tidak normal baik dipermukaan atau berdiam di pasar
  • terlihat lesu dengan mata buram atau adanya perdarahan di mata
  • banyak memproduksi lendir
  • menggosok-gosokkan tubuh ke dinding bak atau jaring
Efek pada inang :
  • insang akan terlihat pucat dan banyak terdapat parasit menempel pada lamela insang
  • terjadi ulser yang selanjutnya dapat menimbulkan sekunder bakteri maupun jamur
Pencegahan dan Pengobatan
  • perendaman dengan air tawar selama 1 jam berturut-turut 2-3 hari
  • perendaman dengan formalin 25 ppm selama 24 jam
  • perendaman CuSO4 0,5 ppm selama 5 - 7 hari dengan aerasi kuat
  • memutuskan interval siklus parasit dengan cara memindahkan ikan 2-3 kali dengan interval waktu 3 hari
  • sterillisasi bak pemeliharaan dengan menggunakan kaporit
Trichodiniasis

Agen kausatif : Trichodina, Trichodinella, Tripartiella. Parasit ini menyerang kulit dan insang ikan budidaya seperti bandeng, kakap, kerapu.
Trichodina pada insang ikan kerapu (koleksi Laboratorium BBAP Ujung Batee, 2009)

ciri-ciri
  • parasit ini mudah berkembang pada kondisi air pemeliharaan yang kurang bersih
  • berbentuk seperti cawan dengan bulu getar disekililing tepi tubuhnya
  • diameter berkisar 100 nm
Trichodina pada insang (Koleksi Laboratorium BBAP Ujung Batee, 2009)

gejala klinis :
  • sebagian besar menyerang kulit dan insang
  • produksi lendir berlebihan pada insang dan permukaan tubuh
  • dapat terjadi iritasi yang disebabkan oleh cillia dan hook
  • sirip geripis
  • nafsu makan berkurang
  • menggosok-gosok tubuh ke dinding bak atau jaring
efek pada inang :
  • serangan parasit berat akan mengganggu pernapasan dan dapat menyebabkan kematian tinggi pada ikan berukuran kecil
  • menyebabkan kerusakan langsung pada epitelium insang, akhirnya terjadi lesi pada insang
  • kerusakan jaringan pada permukaan kulit dan insang yang diakibatkan oleh pergerakan parasit tersebut yang berputar
pencegahan dan pengobatan :
  • perendaman dengan air tawar selama 1 jam hingga 3 hari kedepan
  • perendaman formalin 25-30 ppm selama 24 jam
Jenis Metazoa

Cacing Kulit
kausatif agen : Benedenia sp, Neobenedenia sp, termasuk cacing trematoda dan tergolong monogenia. Cacing ini menyerang kulit dan mata ikan budidaya seperti kerapu, kakap.

ciri-ciri parasit :
  • berbentuk pipih agak oval
  • panjang 1-5 mm
  • bagian anterior terdapat sepasang alat penempel, sedangkan bagian posterior terdapat achor yang dilengkapi alat pengait
gejala klinis :
Monogenia pada insang ikan kerapu (koleksi Laboratorium BBAP Ujung Batee, 2009)
  • kehilangan nafsu makan
  • berenang tidak normal didasar maupun di permukaan
  • luka pada kulit
  • produksi lendir berlebihan terutama pada kulit
  • sirip geripis
efek pada inang :
  • apabila menyerang mata dapat menimbulkan kebutaan yang disebabkan infeksi sekunder bakteri
  • hiperplasia sel epitel kulit
pencegahan dan pengobatan :
  • kepadatan tebar harus diperhatikan
  • pemberian pakan harus cukup memadai
  • perendaman dengan air tawar selama 5 - 10 menit, 3 hari berturut-turut
  • perendaman dengan hydrohen peroxida 150 ppm selama 30 menit dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan interval waktu 7 hari
  • perendaman dengan formalin 100 ppm selama 1 jam, 3 hari berturut-turut disertai dengan aerasi kuat
Caligus

agen kausatif : caligus epidemicus, caligus patulus. biasanya menyerang kulit, sirip dan insang pada ikan kerapu, kakap,

ciri-ciri parasit :
  • berbentuk seperti buah pear dan transparan
Gejala klinis :
  • bagaian yang terinfeksi biasanya ditandai denan sisik lepas
  • terjadi hemoragi atau ulser
Caligus pada induk kerapu (koleksi Laboratorium BBAP Ujung Batee, 2009)

efek pada inang :
  • terjadi hemorogi pada bagian yang terinfeksi
  • menyebabakan ulser pada kulit
  • menyebabkan kematian
pencegahan dan pengobatan :
  • perendaman dengan Neguvon 0,25 ppm selama 12-24 jam setiap minggu
  • pengambilan langsung dari tubuh ikan


Penyakit Ikan yang disebabkan Oleh Faktor Lingkungan

Penyakit Ikan yang disebabkan Oleh Faktor Lingkungan

Oleh Syafrizal

Penyakit adalah gangguan pada fungsi atau struktur organ atau bagian tubuh ikan. Pengetahuan tentang penyakit ikan dirasakan sangat penting manakala wabah penyakit ikan telah menyebabkan kegagalan dan kehilangan yang sangat bermakna. Terdapat beberapa penyakit non infeksi, antara lain : penyakit lingkungan, penyakit nutrisi atau pun cacat karena fakto genetik. penyakit lingkungan dapat mengakibatkan kematian massal penyakit jenis ini bukan penyakit menular.

Penyakit lingkungan disebabkan oleh berbagai macam faktor baik fisik maupun kimiawi diantaranya adalah rendahnya kandungan oksigen terlarut, tingginya kandungan amoniak, nitrit ataupun racun-racun lain yang merupakan hasil ciptaan dan aktivitas manusai yang masuk kedalam perairan

Beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan

Gas Bubble Diesease (Penyakit Gelembung Renang)
disebabkan oleh supersaturasi gas terlarut (biasanya nitrogen dan oksigen). Supersaturasi ini dapat diakibatkan oleh blooming alga. keadaan ini mengakibatkan turunnya kadar oksigen terlarut pada malam hari dan supersaturasi pada siang hari. Selain itu gas bubble disease juga dapat disebabkan kebocoran pompa atau sistim katup di hatchery.

Tanda-tanda :
  • tampak gelembung-gelembung gas didalam rongga perut, saluran pencernaan dan beberapa organ (mata, kulit, insang, sirip, mulut, gelembung renang)
  • Eksoptalmia

Efek yang ditimbulkan
  • mengakibatkan terjadinya kematian karena adanya emboli dalam darah dan emfisema jaringan, bisa terjadi kematian mendadak secara massal
  • endema dan degenerasi pada lamela insang
  • kornea mata menonjol
Pencegahan dan penanggulangannya :
  • pergantian air yang cukup
  • menghindari terjadinya blooming alga
  • penggunaan pompa dan sistim jaringan air yang baik dan efisien
  • monitoring rutin kadar oksigen terlarut
  • melakukan penambahan air secara perlahan dan aerasi kuat serta mengupayakan pipa air masuk lebih tinggi dari permukaan air untuk menghilangkan nitrogen
Aspiksia / Hipoksia

Disebabkan oleh rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam air. Hal ini berkaitan dengan dua faktor utama yaitu :
  • rendahnya oksigen karena tingginya bahan organik
  • blooming alga dan kemudian alga mati
Tanda-tanda :
  • ikan mendekati inlet dan outlet air
  • mulut terbuka lebar, berenang dibawah permukaan air dan gerakan operculum sangat cepat (megap-megap)
Pencegahan :
  • monitoring kandungan Oksigen terlarut secara periodik atau ketika kandungan oksigen terlarut kritis
  • penyedian aerasi yang cukup, terutama pada saat mendekati titik kritis oksigen
Swimbladder Steress Sydrome (Sindrom gelembung renang)

merupakan malfungsi gelembung renang dan kombinasi dari penanganan berlebihan, ambien suhu tinggi, intensitas cahaya tinggi dan blooming alga. Intesitas cahaya yang tinggi akan memacu pertumbuhan alga yang cepat sehingga memacu terjadinya blooming.

Tanda yang tampak : ada gelembung renang besar didaera antero-dorsal ikan

Efek yang di timbulkan :
sindrom ini mengakibatkan ikan kehilangan kemampuan untuk mengatur gerakan tubuh dan daya apungnya serta berenang miring dengan posisi kepala berada dibawah permukaan air.

Pencegahan :
  • Menggunakan air yang telah di filter
  • mengatur blooming alga
  • aerasi yang cukup kuat untuk mempertahankan larva selalu berada agak jauh di bawah permukaan air.
Alkalosis

Alkalosis terjadi apabila pH air menjadi sangat basa sehingga kandungan tidak dapat di tolerir oleh ikan

Tanda-tanda :
  • kulit ikan keruh seperti susu
  • kulit dan insang rusak
Pencegahan :
dengan cara memonitor pH secara rutin pada media pemeliharaan. nilai pH optimum untuk setiap ikan harus diketahui


Top a 7 day's

Pengikut

Buku Tamu


ShoutMix chat widget

Pengunjung

traffic

Waktu