Transferansi Virus

TRANSFERANSI VIRUS
oleh Irvan Firmansyah,Bahtiar Syah Putra, Syafrizal, Fitriana, Hendro Sulistiono, Eva Rianti, Indah Wahyunigsih, Dr. Richard Callinan, Dr. Jhon Humphrey, Dr Murwantoko

PENDAHULUAN
Pembudidaya ikan kerapu di Aceh kembali mendapatkan cobaan berat. Belum lagi pulih dengan sempurna dari cobaan besar yang telah meluluh lantakkan semua dan prasarana untuk budidaya ikan kerapu. Berdasarkan Informasi yang diperoleh dari Aceh Aquaculture Communication Center (AACC) yang berkedudukan di BBAP Ujungbatee, terdapat kematian massal benih ikan kerapu di desa Sangso Kecamatan Samalanga yang menyerang petani petambak pendederan usaha kerapu. Berdasarkan informasi tersebut tim Laboratorium Management Kesehatan Ikan bersama dengan Dr. Richard Callinan, Dr Jhon Humphrey, dan Dr Murwantoko menuju ke Desa Sangso Kecamatan Samalanga

METODE
Dalam memeriksa suatu kejadian penyakit yang terjadi di Desa Sangso, Tim Laboratorium melakukan observasi terhadap kondisi lingkungan budidaya pendederan kerapu, mengambil sampel ikan kerapu untuk dilakukan diagnosa, wawancara terhadap petambak ikan kerapu. Observasi lingkungan meliputi dari tata letak tambak, ketersedian air, inlet outlet, pengukuran parameter kualitas air yang meliputi pengukuran pH, DO, Suhu, Nitrat, Amoniak, Nitrit,

Diagnosa ikan kerapu meliputi tiga tahapan yaitu tahap pertama gross patology yang merupakan pemeriksaan secara makroskopik, dan mencatat semua perubahan serta gejala klinis yang ada di lanjutkan ke tahap kedua yang di sebut dengan sub gross patology, pengamatan sampel dengan bantuan disecting mikroskop untuk melihat perubahan pada organ ikan sampel. Tahap ketiga di sebut dengan secara mikroskopik untuk melihat organ sampel. Serta uji PCR untuk menendeksi virus maupun pembuatan preparat histologi
Wawancara dengan petambak dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui asal benih kerapu, cara budidaya dan gejala awal dari serangan penyakit. Dari hasil wawancara di ketahui benih berasal dari toke besar di daerah Sumatera Utara, dan di dapatkan benih tidak bersertifikat bebas virus atau penyakit berjenis kerapu macan (Epinephelus fuscogutattus), serta dari benih alam berjenis kerapu lumpur (Epinephelus tauvina). Pada umumnya benih kerapu yang ada di desa Sangso di dapat dari Jawa dan Bali dan sering tidak disertai dengan surat keterangan bebas virus.

Hasil
Dari hasil pengamatan secara visual atau makroskopik banyak benih ikan kerapu yang berenang tapi arah dan berputar dari hasil mikroskopik banyak ikan kerapu terserang oleh jenis-jenis parasit seperti monogenenia, kopopeda, tricodina. Dari pengamatan PCR ikan kerapu macan dan kerapu lumpur positif terkena VNN (Viral Necrosis Nerveus) dan setelah di kompare dengan pengamatan histologi pada target organ VNN positif terkena VNN dengan banyak vakuola yang mengelilingi organ mata khususnya pada retinaPembahasan
Viral Necrosis Nerveus (VNN) disebabkan oleh family Nodaviridiae, virus ini akan merusak organ targetnya yaitu otak dan mata, seperti yang didapatkan pada pemeriksaan histopatologi sehingga dikenal dengan nama lain yaitu virus encephalopathy dan retinopathy (VER). Viral Necrosis Nerveus (VNN) telah menyebar di Jepang, Korea, China, Negara-negara Asia Tenggara, Australia Utara, Austria, Iran, Israel, Yunani, Perancis, Norwegia, Kanada, dan Amerika. Penyakit ini sangat ganas sehingga cepat menyebar di berbagai negara.
VNN dapat menyebabkan kematian massal pada ikan kerapu dengan waktu yang relatif singkat, sebagian besar jenis ikan yang terserang oleh VNN di Asia, ikan kerapu (Epinephlus spp), ikan kakap (Lates spp), di Asia dan Australia. Bahkan di kabar VNN dapat menyerang pada ikan belanak (Mugill spp)

Gejala Klinis
Gejala klinis umum VNN pada beberapa jenis ikan antara lain : perilaku ikan terserang berenang tak menentu, dan ikan mengapung dengan perut diatas disebabkan oleh pembengkakan gelembung renang, warna tubuh terlihat lebih gelap dan selera makang berkurang. Kematian kumulatif mencapai 34% hingga 56% selama 10 minggu. Ikan yang terkena VNN biasanya memperlihatkan gangguan saraf yang berhubungan dengan vacuolisasi (kerusakan) kuat sistem saraf pusat dan retina

Tanda Klinis
  • hilangnya selera makan
  • kelesuan
  • perilaku renang abnormal (gerakan memutar dan menabrak kasar)
  • Pembesaran gelembung renang pada beberapa jenis ikan dan perwarnaan
Kemungkinan terjadinya VNN
Terjadinya VNN yang menyerang ikan kerapu di Desa Sangso Kecamatan Samalanga, khususnya pada ikan kerapu macan dapat di mungkinkan dari asal benih ikan kerapu. Serangan virus dapat terjadi pada induk ikan kerapu macan dan menerunkan sifat virus melalui telur yang di hasilkan dan menjadi reaktif ada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangan virus. Dan di perkuat dengan tidak adanya surat keterangan bebas virus pada benih yang dibeli.
Sedangkan pada kerapu lumpur yang berasal dari alam merupakan hal yang mengejutkan karena benih merupakan hasil tangkapan dari alam, sangat jarang terjadi benih dari alam terserang oleh virus. Tetapi kemungkinan terjadinya cukup besar di karena dari hasil wawancara dengan pemilik ikan kerapu, kebiasan petambak selalu membuang ikan-ikan yang mati ke saluran, dan apabila ikan yang mati tersebut mengadung virus dan dimakan oleh ikan-ikan kecil atau calon induk kerapu tidak mustahil akan terjadi transferansi atau perpindahan virus.

Transferansi Virus
Perpindahan virus atau transferansi virus dapat terjadi secara vertical, dapat menyebar melalui larva dari VNN hasil pemijahan dari Induk yang terjangkit VNN positif. Virus VNN dapat menjangkiti telur dari hasil pemijahan induk-induk ikan kerapu yang positif VNN. Penyebaran ini dapat dikatakan dengan penyebaran secara lansung.
Perpindahan virus melalui jejaring rantai makanan dari satu spesies ikan atau yang di sebut inter spesies atau berbeda spesies disebut dengan intra spesies. Host atau perantara VNN dapat tumbuh di artemia, copepoda, dan ikan rucah sebagai pakan hidup. Prilaku karnivora pada ikan kerapu dapat mempercepat proses transferansi virus ini.

Kolerasi Tanferansi Virus dengan Aceh
Jika ikan kerapu lumpur yang didapat dari alam juga mengalami terjangkit virus VNN, dapat dikatakan bahwa virus VNN sudah menjangkit pada induk-induk kerapu alam di Aceh, yang notabenenya induk-induk kerapu alam merupakan sumber plasma nutfah yang tidak ternilai harganya. Apabila hal ini terjadi maka akan melumpuhkan sektor perikanan khususnya kerapu di Aceh, dan kemungkinan juga akan terjadi terhadap komoditas-komoditas perikanan lainnya seperti kakap, bandeng, dan lainnya.

Rekomendasi
Pengobatan pada ikan kerapu terserang VNN sampai saat ini belum dapat dilakukan, tidak ada jenis antibotik ataupun kemotrapi lainnya yang dapat mengobati penyakit yang disebakan oleh viral. Namun perhatian lebih di tekan kepada pencegahan antara lain : memperhatikan sumber benih yang di akan di digunakan, di perlukannya pengecekan secara laboratoris terhadap induk dan benih yang di hasilkan. Setiap benih yang akan di jual harus di lampirkan dengan sertifikat atau surat keterangan bebas virus yang dikeluarkan oleh laboratorium kesehatan ikan.
Apabila terjadi serangan VNN dan mengalami kematian, pindahan ikan-ikan yang terserang dari ikan-ikan yang sehat, dan ikan yang mati di pindahkan serta kubur jangan di biarkan atau di buang ke saluran.
Perlunya kerjasa semua pihak yang terkait dalam sektor perikanan, petani, pemerintah dalam hal ini Dinas terkait serta pelaku ekonomi untuk satu visi dalam mencegah serangan dan penyebaran virus VNN ini







Newsletter Edisi Ke dua

Newsletter Edisi Ke dua :

Dalam edisi kedua ini, team redaksi AACC Newsletter untuk headlines mengangkat kampung lele lele yang ada di Desa Neuhen Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Berkembangnya pembenihan ikan lele di desa Neuhen berawal dari Nasrudin pegawai negeri sipil, menurut beliau permintaan benih lele di aceh sangat besar, benih biasanya di datangkan dari medan
Pada bagian teknologi beisikan tentang pembenihan udang galah dan budidaya ikan bandeng, dan halaman terakhir tentang profil hatchery Pak Bukhari. Bagian Profil menceritakan jatuh bangun Bukhari dalam mengelola hatchey dan semoga menjadi inspirasi bagi petambak di Aceh. Selain itu Newsletter juga tetap menampilkan kolom tanya jawab dan daftar harga komoditas perikanan di psar tradisonal maupun luar negeri..

Newsletter Edisi Kedua

Sahabat Petambak

Aceh Aquaculture Communication Center Newsletter

AACC Newsletter merupakan media yang peruntukan kepada petambak dan berisikan tentang informasi budidaya perikanan. Informasi yang disajikan di dapat dari hasil wawancara petambak tentang jenis budidaya dan pengalaman sukses seorang petambak.
AACC Newsletter memiliki beberapa topik antara lain :
  • Liputan khusus : berisikan dari hasil kunjungan team AACC ke lapangan
  • Teknologi Budidaya : berisikan teknologi yang telah di kembangan BBAP Ujunga Batee untuk di terapkan masyarakat
  • Forum Tanya Jawaban : berisikan tentang tanya jawab yang berlasung melalui Skype atau email dari petambak
Newsletter terbit setiap satu bulan sekali pada minggu pertama setiap bulannya, newsletter sebanyak 500 copy di sirkulasikan secara gratis ke setiap stakeholder perikanan meliputi Dinas DKP Provinsi dan Tingkat Kabupaten, ALSC, Civitas Akademisi seperti Unsyiah, Malikussalaeh, SUPM Ladong, NGO seperti FAO, OISCA, dan UPT di bawah Dirjen PB, Dirjen PB, Pusbangluh Perikanan. Newsletter di danai oleh Australian Center For Internasional Aqricultural Reasearch (ACIAR) yang berbasis di BBAP Ujung Batee, Provinsi Aceh

AACC Newsletter Edisi I

Budidaya Bandeng Secara Tradisional

Pendahaluan

Sebagai salah satu pengganti komoditas udang windu, bandeng memiliki beberapa keunggulan antara lain mudah dalam pemeliharaannya, tidak rentan terhadap serangan penyakit. Untuk keberhasilan dalam melakukan budidaya pembesaran bandeng secara tradisional dapat di perhatikan beberapa aspek antara lain : pemilihan lokasi, persiapan tambak, penebaran nener, pemberian pakan dan pengaturan air."

Pemilihan Lokasi Tambak

Tambak merupakan salah satu wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan ikan air payau atau laut.Letak tambak biasanya berada di sepanjang pantai dan mempunyai luas berkisar antara 0,3 – 2 ha. Luas petak tambak sangat bergantung kepada sistem budidaya yang diterapkan.

Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi tambak yang akan digunakan untuk budidaya ikan bandeng, antara lain :

Aspek Teknis

Faktor teknis yang harus diperhatikan antara lain adalah :

1. Elevasi

Elevasi merupakan ketinggian tempat/lokasi tambak terhadap permukaan laut. Hal ini dapat diketahui dengan memantau gerakan air pasang dan air surut. Lokasi tambak yang baik bila lokasi tersebut terletak diantara pasang tertinggi dan pasang terendah.

Tambak tradisional yang baik sangat di tentukan oleh jenis tanah. Tanah yang dipilih harus dapat menyimpan air atau kedap air. Tanah yang baik adalah campuran tanah liat dan endapan lempung yang mengandung bahan organik disebut juga dengan silty loam. Tanah jenis ini dapat diketahui secara manual. Tanah yang mengandung liat tinggi akan dapat dipilin mamanjang. Namun, tanah yang mengandung debu atau pasir tinggi hanya akan menghasilkan pilinan tanah yang pendek saja."3. Kualitas Air

Kualitas air atau mutu air yang akan digunakan untuk memelihara ikan bandeng di tambak harus diperhatikan. Dengan kualitas air yang baik, maka ikan bandeng akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Parameter kualitas air yang baik untuk membudidayakan ikan bandeng seperti tertera pada tabel berikut.

Tabel Kualitas Air

Parameter Kualitas Air

Kisaran

Suhu Air

28 – 30 oC

Kecerahan

> 25 cm

Salinitas

15 – 25 ppt

Oksigen Terlarut

> 4 mg/liter

pH

6.5 – 9

Amonia

<>


"Aspek Non Teknis

Dalam memilih lokasi tambak perlu diperhatikan juga aspek non teknis, misalnya aspek sosial ekonomis. Hal ini karena dalam membudidayakan ikan bandeng ditambak secara komersil dibutuhkan dana investasi yang tidak sedikit. Oleh karena itu lokasi tambak yang dipilih sebaiknya tidak terlalu jauh dari sumber pakan, benih, sarana produksi dan daerah pemasaran. Selain itu lokasi tambak sebaiknya mempunyai sarana dan prasarana transportasi/komunikasi, serta keamanan yang memadai. Selain itu, status lahan juga harus dipertimbangkan kejelasannya.

Persiapan Tambak

Setelah dapat memilih lokasi tambak yang baik untuk budidaya maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan tambak tersebut agar dapat digunakan untuk membudidayakan ikan bandeng. Kegiatan yang harus dilakukan dalam persiapan tambak budidaya ikan bandeng meliputi perbaikan komponen tambak, yaitu pematang, pintu air, caren dan saluran, serta pengelolaan tanah dasar tambak.

Pematang tambak harus dibuat kokoh, karena fungsi pematang tambak adalah menahan air didalam tambak. Oleh karena itu pematang harus diperbaiki setiap akan digunakan untuk budidaya. Perbaikan ini meliputi penambalan kebocoran dan meninggikan pematang.

Saluran air pada tambak budidaya bandeng ada dua macam yaitu saluran air masuk dan saluran air keluar. Tinggi dasar saluran air masuk lebih rendah daripada dasar tambak untuk mengurangi pelumpuran dalam tambak. Dasar saluran air keluar minimal 15 cm lebih rendah dari dasar tambak terendah agar tambak dapat dikeringkan dengan sempurna.

Dasar tambak budidaya ikan bandeng biasanya adalah tanah. Oleh sebab itu, dalam persiapan tambak bandeng harus dilakukan pengelolaan tanah dasar agar pakan alami (klekap) yang sangat dibutuhkan oleh ikan bandeng dapat tumbuh subur.

1. Pengeringan tanah dasar kolam. Hal ini bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit yang ada didasar tambak. Pengeringan dilakukan dengan mengeluarkan semua air dalam tambak kemudian dilakukan penjemuran. Selama proses tersebut dilakukan kegiatan pengolahan tanah dasar, misalnya pencangkulan, lalu dikeringkan selama 3-5 hari sampai tanah dasar tambak tersebut mengering.

Tujuan pengapuran adalah mempertahankan kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar kolam dan air, serta memberantas hama penyakit. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah dasar kolam.

Petani tambak dapat menggunakan pupuk Urea atau Ammonium sulfate (ZA) sebanyak 50 kg atau 100 kg per hektar untuk segera ditebarkan pada petak-petak agar lebih mempercepat proses pembusukkan pupuk organik tersebut. Air di dalam petakan dibiarkan menguap seluruhnya atau dialirkan keluar bila sudah jernih sekali. Pada dasar petakan dikeringkan lagi seperti keadaan pengeringan pertama sebelum ditebari pupuk. Kegiatan berikutnya memasukkan air ke dalam petakan dengan cara hati-hati, disaring melalui saringan halus yang berbentuk kantong dan diikatkan pada pintu air kira-kira 10 cm dan sekali lagi petakan dipupuk dengan urea sebanyak 45 kg ditambah 45 - 55 kg pupuk TSP untuk tiap hektar. Jikalau klekap belum mulai tumbuh pada saat pengenangan air yang pertama, pada saat ini akan mulai tumbuh dan menutupi semua permukaan dasar tambak. Selanjutnya sedalaman di tambak secara bertahap sampai sekitar 20 cm dan petakan siap untuk ditebari nener.

Dalam satu petak tambak sebaiknya terdapat pintu pemasukan air dan pintu pengeluaran air, untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran air didalam tambak. Pembuatan pintu air dapat dibuat dari papan atau pipa paralon yang dilengkapi dengan pipa tegak untuk pergantian air. Selain itu pada pintu pemasukan sebaiknya dilengkapi dengan waring untuk mencegah ikan liar masuk ke dalam petak tambak.

Benih/nener dapat berasal dari alam dan hatchery, yang akan digunakan untuk usaha pembesaran ikan bandeng ditambak, harus nener yang sehat. Nener yang sehat dapat dilihat dari ciri-ciri umumnya yaitu :

1. Tubuhnya mulus, tidak terdapat luka, kemerahan

2. Sirip-siripnya utuh; tidak cacat, patah-patah

3. Warnanya tidak kusam

4. Gerakannya aktif

Ukuran ikan yang ditebar ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener sampai gelondongan, yang membedakannya adalah waktu pe-meliharaan ditambak pembesarannya.

Padat penebaran nener ditambak pembesaran berkisar antara 4-5ekor/m2 untuk ukuran nener bandeng 1-2 cm. Sedangkan untuk nener yang berukuran 1–3 cm, padat penebarannya berkisar antara 2–3 ekor/m2. Untuk benih bandeng yang berukuran 12–15 cm yang disebut gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 10000 ekor/ha.

Nener yang akan di tebar terlebih dahulu di catat jumlahnya, untuk memudahkan perhitungan pakan yang di berikan dan target produksi yang akan di hasilkan. Nener perlu di aklimitasi sebelum dilakukan penebaran .

Aklimatisasi ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dimana nener itu berada dengan kondisi lingkungan tambak pembesaran. Caranya kantong plastik yang terisi nener, dikurangi airnya secara bertahap dan digantikan dengan air yang ada dalam tambak pembesaran. Selanjutnya, secara perlahan-lahan nener bandeng yang ada didalam kantong platik akan keluar kedalam tambak pembesaran jika sudah terjadi penyesuaian.

Pada sistim budidaya tradisional pakan bandeng hanya memanfaatkan kelekap yang tumbuh di tambah apabila kelekap sebagai sumber pakan di tambah mulai habis maka dapat di lakukan pemupukan kembali. Pemberian pelet atau pakan ikan merupakan pakan tambahan, pellet di berikan dua kali dalam satu hari pada pagi dan sore hari. Pada umumnya selama 7 - 10 hari sesudah pelepasan nener, tidak dilakukan penggantian air. Selama itu nener tambah menjadi lebih besar dan perlu adanya saringan di pintu yang dapat menahan nener keluar, akan tetapi dapat memasukkan air ke dalam petakan. Penyegaran dapat dilakukan dengan mengalirkan air ke luar kemudian diganti dengan air pasang yang baru. Saringan perlu di cek setiap saat membuka pintu. Penutupan harus dilakukan dengan hati-hati, terutama dalam pemasangan papan-papan pintu.

Nener tumbuh lebih cepat pada air yang berkadar garam agak rendah. Oleh karena itu perlu pada musim kemarau dilakukan penyegaran dengan penggantian air. Penyegaran yang dilakukan pada musim hujan terutama untuk menjaga (memelihara) klekap atau untuk memperbaiki kondisi air. Jikalau plankton merupakan makanan utama diperlukan kadar garam yang rendah dan sering ada hujan akan lebih bermanfaat.


*dari berbagai sumber

Waspadai Fish Laundering Di Indonesia

Waspadai Fish Laundering Di Indonesia

Oleh : Syafrizal S.Pi

Istilah Fish laundering

Jika kita menggunakan pendekatan istilah money laundering yang di terjemahkan sebagai metode untuk menyembunyikan hasil tindakan pidana criminal seperti hasil dari penyelundupan sehingga hasil tindak pidana tersebut dapat gunakan dan dinyatakan sah dan legal untuk di gunakan.

Sehingga kita dapat menertejemahkan istilah fish laundering jika Ikan adalah objek dan laundering adalah keterangan maka dapat di terjemahkan dengan pemutihan(keterangan) ikan (objek) atau pencucian ikan. “Pemutihan ikan” atau “pencucian ikan” memberikan kesan bahwa cara yang dilakukan adalah cara yang tidak lazim dan melanggar peraturan menjadi sah setelah melalui proses tertentu. Jika di analogikan seperti pada proses pemutihan dalam pembangunan bagi yang tidak mempunyai izin membangun.


Pemicu dari tindakan ini sebenarnya adalah suatu tindakan pidana atau aktivitas criminal, seperti penyelundupan hasil penangkapan ikan dan hasil budidaya perikanan ke negeri tetangga atau hasil dari illegal fishing pada suatu negara. Melalui kegiatan ini pula para pelaku akhirnya dapat menikmati dan mengunakan hasil tindak pidananya secara bebas seolah-olah tampak sebagai hasil kegiatan yang sah dan legal.

Contoh dari kegiatan fish laundering ini adalah expor ikan dari negara lain akan tetapi ikan yang di ekspor merupakan ikan dari Indonesia atau berlabel Indonesia. Dimana ikan yang di ekspor kemungkinan dari kegiakan tindak pidana melawan hokum

Mengapa di sebut dengan fish laundering karena apabila terjadi permasalahan yang terjadi pada ikan yang di export maka akan di reekspor kembali ke Indonesia dan yang mendapat sangsi adalah Indonesia. Tetapi apabila tidak terjadi masalah negara pengexport lah yang mendapatkan untung.


Penyebab dan Parameter Adanya Fish Laundering Di Indonesia

Kegiatan fish laudering terjadi karena beberapa faktor antara lain : seringnya terjadi penyelundupan ikan hasil budidaya dan hasil tangkap dari Indonesia ke negara lain atau pun sebaliknya yang disebabkan lemahnya pengawasan di perbatasan, adanya standard ganda yang di terapkan oleh negara-negara tujuan ekspor Indonesia terhadap standar mutu ekspor sehingga Indonesia tidak dapat mengexpor ikan secara langsung dan harga jual produk perikanan dari Indonesia menjadi sangat murah bila dibandingkan dengan negara lain

Parameter terjadi fish laundering di Indonesia dapat dilihat dari meningkatnya nilai import produk perikan dari negara tetangga seperti dari Singapura dan Thailand. Produk yang di impor berupa ikan kakap merah dan cakalang atau ikan-ikan karang padahal negara tersebut bukan penghasil ikan-ikan karang.

Dari data Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan DKP terdapat peningkatan nilai import produk perikanan pada periode Desember 2007 – Desember 2008 68% dari total impor 2008 tidak sebanding dengan nilai ekspor yaitu hanya US$ 3 milyar.


Stop Fish Laundering dan Solusi


Apabila fish laundering di Indonesia tidak di hentikan maka Indonesia di banjiri ikan-ikan hasil reekspor, ikan-ikan tersebut masuk dengan harga yang sangat murah. Apabila ini terjadi akan merusak harga ikan di pasar dan dapat merugikan pengusaha, nelayan maupun petambak

Solusi yang perlu kan adalah kerjasama semua pihak yang terkait dengan perdagangan dan perikanan maupun politik agar produk kita dapat di terima di negara-negera tujuan ekspor. Adanya pengawasan yang ketat di perbatasan untuk mencegah penyelundupan serta ilegal fishing dan pemberian label yang jelas dengan cara pendataa terhadap produk perikanan.

WASPADAI VIRUS BARU DI ACEH

WASPADAI VIRUS BARU DI ACEH
Oleh Syafrizal, S.Pi

Muncul virus baru dapat di terjadi karena adanya introduksi hewan dari luar wilayah Indonesia ke dalam wilayah Indonesia. Introduksi memiliki tujuan memperkaya genetic dan plasma nuftah, dan untuk mengambil sifat-sifat unggul dari hewan yang di intoduksi. Namun sayang apabila dalam melakukan introduksi tidak memperhatikan prinsip-prisip ekologis hanya untuk keuntungan semata sehingga

Sejarah Udang Vannamei
Habitat asli dari udang vannamei adalah sepnajang pantai pacific meksiko dan Amerika Selatan dan Tengah Hingga pantai selatan Peru dengan temperature lingkungan 20oc sepanjang tahun. Penelitian tentang udang pertama kali dilakukan pada tahun 1970 oleh peneliti dari perancis di Tahiti tentang pemijahan intensif pada beberapa species udang, P. japonicus P. monodon P. vannamei and P. stylirostris.
Pada tahu 1970-an dan 1980 an udang vannamei di bawa dari habitat alami dan introduksikan ke Pantai barat dan utara pacific amerika tepat di

amerika serikat dan Hawaii dan berkembang sangat pesat. Sedangkan inntroduksi udang vanamei pertama kali di lakukan di asia pada tahun 1978/79 di Filiphina. Pada tahun 1988 di lakukan percobaan tentang penerapan budidaya udang vanammei di china daratan oleh marine instate Texas University, dan pada tahun 1994 china telah mampu mengembangkan benur udang vanammei. Pada tahun 1987 dilakukan hal yang sama di philipina dengan mengintoduksi benur sebanyak 100000 dari agromarina Panama tidak tidak berhasil.

Introduksi Udang Vannamei
Introduksi udang vanamei pertama kali di Indonesia di lakukan pada tahun 2001 dengan induk dan benur berasal dari Hawaii, pada umumnya di Indonesia lebih banyak membudidayakan udang windu peneus monodon dan udang putih peneus mergeninsis. Intoduksi ini di sebabkan kegagalan budidaya udang windu, Penaeus monodon dimulai sejak tahun 1991, dengan menurunnya produksi dari 140.000 metrik ton menjadi 100.000 metrik ton pada tahun 1996 yang disebabkan oleh serangan virus wssv.

Keunggulan dari udang vannamei ini adalah mampu di pelihara dengan sistim intesif dan dengan kepadatan tinggi. Berat udang ini dapat bertambah lebih dari 3 gram tiap minggu . Berat udang dewasa dapat mencapai 20 gram dengan pertumbuhan udang betina lebih cepat di bandingkan dengan udang jantan.

Tapi sayang keunggulan dari udang vannamei ini juga mengakibatkan adanya beberapa serangan jenis penyakit baru dan menyerang pada komoditas asli di Indonesia yaitu udang windu. Diduga virus yang menyebakan kematian berasal dari negara asal udang vannamei. Adapun serangan virus yang berasal dari udang ini antara lain :

  • Taura syndrome tipe A, B, C, : dengan ciri-ciri warna kemerahan pada ekor dan bintik-bintik hitam pada tubuh
  • Infectious Hypodermal and Hematopoitic Necrosis Virus (IHHNV Tipe 1) : dengan cir-ciri rostrum benkok, kelainan bentuk ekor dan segmen perut ke enam
  • Infectious Myonecrosis (IMNV Tipe 1 dan 2) : dengan ciri-ciri otot berwarna putih pada perut.

Sangat berbahayanya virus yang di bawa oleh udang vannamei ini pada Desember 2007, pemerintah kembali melarang impor dengan mengeluarkan peraturan bersama Menteri Perdagangan dengan Menteri Kelautan dan Perikanan. Setelah melakukan review selama 6 bulan, akhirnya pada 27 Juni lalu, pemerintah mengeluarkan kembali peraturan bersama no. 23 tahun 2008 yang berisi pelarangan impor udang jenis jenis tertentu masuk ke wilayah Indonesia. Hal ini dilakukan demi kelangsungan petani maupun pelaku usaha.

Semoga Aceh Tidak Ada Udang Vannamei

Apabila udang vannamei masuk ke Provinsi Aceh, maka semua stoke holder perikanan yang ada di provinsi Aceh harus siap dengan segala kemungkinan. Sampai saat ini serangan virus yang menyebabkan kematian pada tambak udang windu hanya berasal dari wssv. Sangat berbeda pada daerah yang memiliki budidaya udang vannamei.


Kejadian serupa bisa berulang bila kita memperbolehkan udang vanamei masuk ke Aceh. Akan ada petambak yang memasukkan udang vaname tidak bersertifikat yang tidak bebas virus misalkan IHHNV, MyO, TSV, HPV dll maka udang windu Aceh dengan sumber genetic terkaya akan menjadi udang dengan virus terkaya.


Postulat ilmiah akan berlaku, sekali masuk, virus tidak akan bisa dibersihkan, kalaupun udang windunya kuat, kita belum tahu apa yang akan terjadi pada udang jenis lain yang ada misalkan udang putih, metapenaeus dan rebon yang juga dijadikan komoditas ekonomi nelayan setempat.


Mengapa ?

Aceh dikenal penghasil induk udang terbaik di dunia, seperti di pantai Timur, di kawasan Pereulak, induk udang windu berkualitas prima dihasilkan setiap hari. Di perairan inilah para pedagang mengekspor udangnya ke Malaysia , Thailand , India dan juga untuk mendukung produksi udang windu di Sulsel, Jawa Tengah hingga Tarakan dan Kalimantan lainnya. Udang perairan ini memiliki kualitas genetic yang baik sehingga selalu dipakai sebagai sumber induk penjenis bagi perusahaan2 penghasil udang windu dunia.


Pada era booming udang windu tahun 1980an petambak petambak di Aceh Timur sering tidak sabar menunggu giliran produksi benih dari daerah setempat sehingga ada yang mengimpor benihnya dari Sumatera Utara , Lampung dan Jawa Barat. Akibatnya bisa ditebak, ind uk alamnya mulai terkena WSSV walaupun masih rendah (maksimum 2 %) hingga sekarang.


Gb. Induk Udang Windu (koleksi Lab Kesehatan Hewan Akuatik BBAP Ujung Batee, 2010)

Alasan kedua, Aceh sekarang sedang mengembangkan jenis udang baru yaitu udang Lambouh dengan nama ilmiah Penaeus spp. karena belum ketahuan jenisnya. Namun dikalangan cold storage sumatera dikenal sebagai White tiger shrimp. Udang ini secara fisik terukur mirip udang windu mulai dari rostrum, hepatic carina, morfologis dll namun pola warnanya sangat berbeda karena tubuhnya dan antenanya polos tidak berbelang serta kaki renangnya merah. Tekstur dagingnyapun kenyal mirip udang windu. Dalam pemeliharaan tradisional 3.5 bulan diperoleh biomass 720 kg per Ha dengan ukuran rerata 22.5 gram, tanpa kincir dan air baru. Udang ini hanya diperoleh pada bulan Nopember hingga awal februari sehingga masih terhitung langka.

Gb. Induk Udang Lambouh (Koleksi BBAP Ujung Batee, 2010)

Bisa dibayangkan bila udang vanamei diintroduksikan dipantai Barat Aceh, maka akan terjadi kisah serupa dengan windu aceh timur atau bahkan lebih parah akibatnya, tidak ada yang tahu dan tidak perlu dipakai coba coba., sehingga kekayaan genetic udang di perairan Aceh harus di lindungi


Fasilitas Laboratorium Kualitas Air dan Tanah Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee NAD

oleh : Hendro Sulitiono, S.Si

Keberadaan Laboratorium Kualitas Air dan Tanah (KAT), sub divisi dari Laboratorium Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee, merupakan salah satu fasilitas pokok untuk menunjang kegiatan pengelolaan budidaya perikanan, terutama yang berkaitan dengan lingkungan secara fisik dan kimia untuk air maupun tanah.




Laboratoium KAT berperan dalam melakukan uji kualitas lingkungan yaitu menganalisis sampel air dan tanah secara objektif sehingga diperoleh data yang akurat yang dapat digunakan dalam pengelolaan lingkungan secara tepat yang akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup hewan aquatik secara berkelanjutan.

Variabel pengujian kualitas air dan tanah di laboratorium KAT , meliputi:



Laboratorium Kualitas Air dan Tanah juga menyediakan layanan konsultasi untuk penilaian dan pengukuran keadaan lingkungan di lapangan.

Alamat:
Laboratorium Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee
Jl. Laksamana Malahayati Km. 16 Ujung Batee, PO. BOX 46, Banda Aceh 23000, Nanggroe Aceh Darussalam


Peranan Laboratorium Kualitas Air dan Tanah

Sekilas Info Tentang Laboratorium Kualitas Air dan Tanah Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee NAD

Oleh: Hendro Sulistiono, S. Si.

Perkembangan usaha budidaya perikanan tidak terlepas dari faktor lingkungan sebagai faktor eksternal. Faktor lingkungan yang penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan, diantaranya adalah kualitas air dan tanah. Pengelolaan kualitas air dan tanah yang perlu diperhatikan untuk monitoring budidaya perikanan diantaranya adalah derajat keasaman (pH), Salinitas, Oksigen Terlarut/Dissolved Oxygen (DO), dan Temperatur/Suhu, Sedangkan untuk kualitas tanah seperti pH tanah, pH redoks potensial, dan bahan organik tanah.

Monitoring lingkungan tambak atau hatchery secara intensif dan berkelanjutan dapat mencegah terhambatnya pertumbuhan ataupun kematian massal pada budidaya perikanan. Laboratorium Kualitas Air dan Tanah berperan penting untuk Budidaya Perikanan, dengan menganalisis parameter-parameter kualitas air dan tanah.
Laboratorium Kualitas Air dan Tanah Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee memberikan pelayanan pengujian Kualitas Air dan tanah, antara lain:
1. Pemeriksaan kualitas air: pH, salinitas, temperatur, oksigen terlarut, kecerahan, kekeruhan, Alkalinitas, Hardness, Amonia, Besi, Fosfat, Nitrit, dan Nitrat.
2. Pemeriksaan kualitas tanah: pH dan redoks potensial.
Laboratorium Kualitas Air dan Tanah membantu masyarakat dalam menganalisis kualitas air dan tanah, juga memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan analisis air dan tanah untuk budidaya perikanan. Pemeriksaan sampel dapat juga dilakukan diluar laboratorium, yaitu pada lokasi tambak atau hatchery milik masyarakat.
Di masa depan Laboratorium Kualitas Air dan Tanah akan dilengkapi dengan Laboratorium Uji Bio Hayati dan disebut juga dengan Laboratorium BioEssay, laboratorium ini bertujuan untuk pengembangan uji secara biologis dan kimia pada semua komoditas perikanan, seperti Uji penggunaan Probiotik pada pembesaran udang dan ikan, maupun pembuatan antibiotik yang bahan bakunya berasal dari lingkungan sekitar.

Dengan pengelolaan yang baik diharapkan usaha budidaya perikanan akan berkembang dan memberikan income pada masyarakat luas.

Sumber daya manusia:
Koordinator Laboratorium Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan:
drh. Irvan Firman Syah ZA
Pelaksana/Penanggung jawab Laboratorium Kualitas Air dan Tanah:
Syafrizal, S. Pi.
Wakil Pelaksana Laboratorium Kualitas Air dan Tanah:
Hendro Sulistiono, S. Si.

Alamat:
Laboratorium Manajemen Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee
Jl. Laksamana Malahayati Km. 16 Ujung Batee, PO. BOX 46, Banda Aceh 23000, Nanggroe Aceh Darussalam
.

Poster Pengiriman Sampel

Semua Tentang Udang Windu



Morfologi Udang Windu


Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.

Bagian Kepala
Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah :

1. Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
2. Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang kuat.
3. Sepasang sungut besar atau antena.
4. Dua pasang sungut kecil atau antennula.
5. Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
6. Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
7. Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan chela.
8. Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Bagian Badan dan Perut (Abdomen)
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.

Sifat Udang Windu

Dalam budidaya udang windu dan vanamei kita sejogyanya juga mengenal sifat-sifat (fisiologi) dari udang windu dan vanamei tersebut. Berikut dismpaikan beberapa sifat udang windu (Fisiologi Udang Windu-Penaeus monodon) yang perlu diketahui antara lain : Nocturnal yaitu secara alami udang merupakan hewan nocturnal yang aktif pada malam hari untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari sebagian dari mereka bersembunyi di dalam substrat atau lumpur. Namun di tambak budidaya dapat dilakukan feeding dengan frekuensi yang lebih banyak untuk memacu pertumbuhannya. Kanibalisme, Udang windu suka menyerang sesamanya, udang sehat akan menyerang udang yang lemah terutama pada saat molting atau udang sakit. Sifat kanibal akan muncul terutama bila udang tersebut dalam keadaan kurang pakan dan padat tebar tinggi.

Sifat berikutnya dari udang windu adalah berupa, Pakan dan kebiasaan makan (Feeding behaviour), Udang windu hidup dan mencari makan di dasar perairan (benthic). Udang windu merupakan hewan pemakan lambat dan terus-menerus dan digolongkan ke dalam hewan pemakan segala macam bangkai (omnivorous scavenger) atau pemakan detritus dan karnivora yang memakan krustacea kecil, amphipoda dan polychaeta.

Molting, Udang windu melakukan ganti kulit (molting) secara berkala. Frekuensi molting menurun seiring dengan makin besarnya ukuran udang. Pada stadium larva terjadi molting setiap 30-40 jam pada suhu 280 C. Sedangkan juvenile dengan ABW 1-5 gram mengalami molting setiap 4-6 hari, selanjutnya pada ABW 15 gram periode molting terjadi sekitar 2 minggu sekali. Kondisi lingkungan dan makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi frekuensi molting. Sebagai contoh, suhu yang tinggi dapat meningkatkan frekuensi molting. Penyerapan oksigen oleh udang kurang efisien selam molting, akibatnya selama proses ini beberapa udang mengalami kematian akibat hypoxia atau kekurangan oksigen dalam tubuh. Ammonothelic, Amonia dalam tubuh udang windu dikeluarkan lewat insang.

Sirklus Hidup

Merupakan spesies katadromus, udang dewasa memijah di laut lepas, sedangkan udang muda (juvenile) bermigrasi ke daerah pantai.


Setelah telur-telur menetas, larva hidup di laut lepas menjadi bagian dari zooplankton. Saat stadium post larva mereka bergerak ke daerah dekat pantai dan perlahan-lahan turun ke dasar di daerah estuari dangkal. Perairan dangkal ini memiliki kandungan nutrisi, salinitas dan suhu yang sangat bervariasi dibandingkan dengan laut lepas.

Setelah beberapa bulan hidup di daerah estuari, udang dewasa kembali ke lingkungan laut dalam dimana kematangan sel kelamin, perkawinan dan pemijahan terjadi.

Proses Molting

Semua golongan arthropoda, termasuk udang mengalami proses pergantian kulit atau molting secara periodik, sehingga ukuran tubuhnya bertambah besar. Agar udang bisa tumbuh menjadi besar, secara periodik akan melepaskan jaringan penghubung antara epidermis dan kutikula ekstraseluler, segera melepaskan diri dari kutikula (cangkang), menyerap air untuk memperbesar tubuh dan eksoskeleleton yang baru dan selanjutnya terjadi proses pengerasan dengan mineral-mineral dan protein. Proses molting ini menghasilkan peningkatan ukuran tubuh (pertumbuhan) secara diskontinyu dan secara berkala. Ketika molting, tubuh udang menyerap air dan bertambah besar, kemudian terjadi pengerasan kulit. Setelah kulit luarnya keras, ukuran tubuh udang tetap sampai pada siklus molting berikutnya.


Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit luarnya belum mengeras, udang pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.

Ekdisis (proses molting) merupakan suatu rangkaian proses yang sangat kompleks yang dimulai beberapa hari atau bahkan beberapa minggu sebelumnya. Pada dasarnya setiap jaringan terlibat dalam persiapan untuk molting yang akan datang, yaitu :
1. Cadangan lemak dalam jaringan hepatopankreas dimobilisasi.
2. Pembelahan sel meningkat.
3. Diproduksi mRNA yang baru, diikuti oleh sintesis senyawa protein baru.
4. Terjadi perubahan tingkah-laku.

Proses yang rumit ini melibatkan kordinasi sistem hormonal dalam tubuh udang. Siklus molting berlangsung melalui beberapa tahapan. Pada beberapa spesies, masing-masing mempunyai tahapan dan definisi sendiri-sendiri. Pada udang ada 4 tahapan, yaitu:
Postmolt, Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi (penanggalan eksoskeleton yang lama). Pada tahapan ini terjadi pengembangan eksoskeleton yang disebabkan oleh meningkatnya volume hemolymph akibat terserapnya air ke dalam tubuh. Air terserap melalui epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari (tergantung pada panjangnya siklus molting), eksoskeleton yang baru akan mengeras.
Intermolt, Pada tahapan ini, eksoskeleton menjadi semakin keras karena adanya deposisi mineral dan protein. Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih tipis dan lunak dibandingkan dengan kepiting dan lobster.

Early Premolt, Pada tahapan early premolt (premolt awal) mulai terbentuk epicuticle baru di bawah lapisan endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan suatu peningkatan konsentrasi hormon molting dalam hemolymph (darah).
Late Premolt, Pada tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah lapisan epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt. Kemudian diikuti dengan pemisahan cangkang lama dengan cangkang yang baru terbentuk. Eksoskeleton (cangkang) lama akan terserap sebagian dan cadangan energi dimobilisasi dari hepatopankreas. Ecdysis (pemisahan cangkang) sebagai suatu tahapan hanya berlangsung beberapa menit saja, dimulai dengan membukanya cangkang lama pada jaringan penghubung bagian dorsal antara thorax dengan abdomen, dan selesai ketika udang melepaskan diri dari cangkangnya yang lama. Siklus molting dikendalikan oleh hormon molting yang dihasilkan oleh kelenjar molting yang terdapat di dalam ruang anterior branchium, dan disebut Y - organ.







Top a 7 day's

Pengikut

Buku Tamu


ShoutMix chat widget

Pengunjung

traffic

Waktu