Alternatif Antibakterial Alami Dari Sumberdaya Lokal : Uji Laboratorium Terhadap Cuka Aren (Arenga pinnata), Daun Pacar Inai (Lawsonia inermis) dan Daun Asam Jawa (Tamarindus indica )*
Chairin Sofiaa**, Supartika, Indah Wahyuningsihb, Ujang Komaruddinc
a Staf laboratorium mikrobiologi, Lab MLHP, BBAP Ujung Batee, NAD
b Staf laboratorium histologi, Lab MLHP, BBAP Ujung Batee, NAD
c Perekayasa madya, BBAP Ujung Batee,NAD
ABSTRAK
Penggunaan bahan-bahan alami untuk mengendalikan hama dan penyakit ikan lebih disarankan karena relatif aman dan tidak meninggalkan residu. Di sepanjang koridor jalan Laksamana Malahayati, Aceh Besar tempat sentra budidaya masyarakat, banyak didapati pohon-pohon besar maupun semak/ perdu, yang mempunyai potensi sebagai bahan antibakterial alami.
Tim penulis mencoba membuat sari dari beberapa bahan-bahan alami untuk diuji terhadap 10 jenis isolat bakteri yang dimiliki Lab Mikrobiologi BBAP Ujung Batee. Dari hasil uji pendahuluan, dengan mencoba beberapa bahan alami maka yang memiliki potensi sebagai antibakterial alami antara lain : daun asam jawa (Tamarindus indica), daun pacar inai (Lawsonia inermis), serta salah satu bahan lokal yaitu cuka aren (Arenga pinnata)/ cuka kampung. Hasil uji sensitivitas dengan metode antibiogram Kirby Bauer, ketiga bahan-bahan tersebut menunjukkan zona bening sebagai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri. Hasil tersebut dibandingkan dengan daya hambat antibiotik oxytetracyclin 30 µg, ampicillin 10 µg, dan bahan desinfektan iodin 1%. Hasilnya, rata-rata daya hambat sari bahan – bahan alami tersebut lebih luas dari iodin %, tetapi lebih kecil ampicillin 10 µg dan oxytetracyclin 30 µg.
Sebanyak 1 ppt dari 3 jenis sari bahan-bahan alami tersebut yaitu cuka aren, daun pacar inai, dan daun asam, diberikan kepada air media pemeliharaan larva ikan bandeng dan diuji kelimpahan bakterinya. Hasilnya, Total Bakteri Umum dan Total Bakteri Vibrio pada ketiga perlakuan dengan penambahan tiga sari bahan alami tersebut dibanding kontrol lebih rendah. Masing- masing sari bahan alami tersebut mampu mengurangi kelimpahan bakteri umum hingga 1,7 x 105 ; 1,257 x 106 ; dan 6 x 105 dibanding kontrol yang justru bertambah 8,94 x 105 (CFU/mL). Sedangkan terhadap kelimpahan bakteri vibrio, perlakuan dengan cuka aren dan sari daun asam menunjukkan adanya pengurangan. Masing- masing berkurang 40 dan 1,21 x 103 CFU/mL. Bahan- bahan alami ini berpotensi untuk menjadi desinfektan alami maupun antibakterial menggantikan antibiotik yang dilarang.
Kata Kunci : antibakterial, cuka aren, daun pacar inai, daun asam
- Pendahuluan
Di sepanjang koridor jalan Laksamana Malahayati, Aceh Besar, selatan kota Banda Aceh, terdapat sentra-sentra budidaya antara tambak-tambak udang, bandeng, kolam lele dan kolam nila milik masyarakat skala tradisional. . Sebagian masih berupa daerah recovery pasca tsunami dengan program agroforestry. Selain itu, di km16 jalan ini juga terdapat hatchery dan tambak percontohan milik UPT BBAP Ujung Batee Dikarenakan lahan budidaya masih dalam pemulihan dan skala budidaya belum intensif maka upaya pengendalian hama penyakit sangat disarankan menggunakan bahan-bahan alami.
Keuntungan menggunakan bahan alami sebagai pengendali hama penyakit lingkungan, antara lain : murah, mudah terurai oleh perairan, tidak meninggalkan residu pada produk perikanan sehingga aman dikonsumsi.
Uji pendahuluan dilakukan untuk menyeleksi berbagai bahan alami sebagai kandidat antibakterial alami. Berbagai bahan alami yang diseleksi lewat uji pendahuluan dari pepohonan dan tumbuhan yang ada di sepanjang jalan Laksamana Malahayati antara lain: daun asam jawa (Tamarindus indica), daun pacar inai (Lawsonia inermis), daun mimba (Azadirachta indica), daun sikoko, daun ketapang (Terminalia cattapa), daun bakau (Avicennia sp), daun jamblang (Syzigium cumini L), daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), daun jarak (Jatropha curcas L) dan daun mengkudu (Morinda citrifolia) serta salah satu bahan lokal yaitu cuka aren (Arenga pinnata)/ cuka kampung.
Bahan-bahan alami ini diambil sarinya untuk diuji terhadap 10 isolat bakteri di laboratorium mikrobiologi. Dari hasil uji sensitivitas yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa yang memiliki potensi sebagai antibakterial alami adalah daun asam jawa (Tamarindus indica), daun pacar inai (Lawsonia inermis) dan cuka aren (Arenga pinnata)..
Studi ini dimaksudkan untuk aplikasi terapan pengendalian hama dan penyakit ikan di lapangan dengan menggunakan bahan baku lokal alami. Tim penulis tidak menguji dari ekstrak bahan- bahan tersebut karena para pembudidaya akan kesulitan jika harus mengekstrak.
2. Bahan dan Metode
2.1.Metode
Metode yang digunakan untuk memperoleh sari bahan alami adalah dengan menumbuk daun asam dan daun pacar inai dengan mortar steril dan diperas sarinya tanpa penambahan air. Sari ini kemudian diuji terhadap 10 isolat bakteri koleksi laboratorium mikrobiologi yang mewakili bakteri berpigmen, non pigmen, gram positif dan gram negatif (Tabel 1)
Tabel 1
Isolat bakteri yang ditantang terhadap bahan- bahan alami kandidat antibakterialSedangkan metode uji yang digunakan untuk mengetahui zona hambat sari tumbuhan ini terhadap pertumbuhan bakteri adalah metoda sensitivitas/ antibiogram KirbyBauer (Lightner). Potongan disk / cakram kertas whatman berukuran 6 mm (diameter) direndam dalam sari tumbuhan yang didapat. Sementara kesepuluh isolat bakteri dimudakan terlebih dahulu pada Nutrient Agar sebelum ditumbuhkan pada Mueller Hinton Agar untuk uji sensitivitas. Pada setiap lempeng agar MHA, maksimal 5 disk yang diujikan. Selain ketiga bahan alami, sebagai pembanding juga diujikan OTC 30 µg, Ampicillin 10 µg , dan iodin 1 %. Uji sensitivitas ini dilakukan sebanyak dua kali ulangan.
Setelah uji sensitivitas dilakukan, dilakukan pengamatan terbentuk tidaknya zona hambat dan perhitungan diameter zona tersebut. Hasil perhitungan tersebut dianalisa menjadi 3 kesimpulan yaitu : resisten, intermediate/peralihan, sensitif.
Metode yang digunakan untuk mengetahui efektivitas daya hambat sari bahan alami ini terhadap pertumbuhan bakteri skala laboratorium adalah metode Total Plate Count dengan menghitung Total Bakteri Umum dan Total Bakteri Vibrio (TBU dan TBV).
2.2. Bahan dan Alat
Berikut bahan dan alat yang di gunakan tabel 2
Berikut adalah hasil pengamatan yang diperoleh dari tiga jenis bahan alami dan sebagai perbandingan juga dicobakan terhadap bahan-bahan antibiotik seperti oxytetracyclin, ampicilllin dan bahan kimia yang kerap dijadikan sebagai bahan desinfeksi telur yaitu iodin 1 % (Tabel 3).
Tabel 3 Hasil pengamatan zona hambat isolat bakteri terhadap sari daun asam, daun pacar, cuka aren dan perbandingannya dengan bahan antibiotik OTC 30 µg, ampicillin 10 µg dan bahan desinfektan iodin 1 %
Dari tabel diatas (Tabel 3) diperoleh hasil bahwa bahan alami tersebut antara lain : sari daun asam, sari daun pacar, dan cuka aren memiliki spektrum luas untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Hal ini terlihat dari terbentuknya zona hambat terhadap sepuluh isolat bakteri yang diujikan. Antibiotik oxytetracylin dan ampicillin masih terlalu kuat dibanding sari bahan alami. Tetapi dibandingkan dengan iodin, sari bahan alami lebih baik.
Hal menarik pada tabel diatas, ahíla pada isolat bakteri no 6, antibiotik oxytetracyclin dan ampicillin bernilai resisten ( zona hambat masing-masing 10 dan 4,5 mm) sedangkan sari daun pacar dan cuka aren hampir bernilai sensitif (zona hambat yang terbentuk berdiameter 16,5 dan 17mm). Urutan keampuhan bahan–bahan diatas dalam menghambat bakteri adalah oxytetracyclin, ampicillin, sari daun pacar, cuka aren, sari daun asam dan terakhir iodin.
Tiga bahan alami ini kemudian diujikan dalam skala kecil untuk mengetahui daya hambatnya terhadap pertumbuhan atau kelimpahan bakteri umum dan bakteri vibrio dan dibandingkan dengan kontrol. Sebanyak 1 ppt sari bahan-bahan alami diberikan ke dalam wadah berisi air laut dan benih bandeng berukuran 5 cm dan dibiarkan selama 1 jam, kemudian diambil sampel air untuk dihitung Total Bakteri Umum dan Total Bakteri Vibrio (TBU dan TBV) (Tabel 4) dengan metode Total Plate Count.
Tabel 4
Hasil pengamatan kelimpahan bakteri (TBU dan TBV) ke dalam air media berisi benih bandeng, sebelum dan sesudah diberikan sari bahan alami sebanyak 1 ppt selama 1 jamKet : TBV-k = total bakteri vibrio berwarna kuning
TBV-h = total bakteri vibrio berwarna hijau
Dari Tabel 4 diatas, terlihat bahwa sesudah perlakuan selama 1 jam, kelimpahan bakteri umum pada perlakuan cuka aren terjadi pengurangan sebesar 1,7 x 105 CFU/mL, perlakuan sari daun asam juga terjadi pengurangan sebesar 1,25 x 106 CFU/mL, sedangkan pada perlakuan daun pacar inai terjadi pengurangan 6 x 105 CFU/mL sedangkan pada kontrol justru terjadi peningkatan 8,94 x 105 CFU/mL. Sedangkan kelimpahan bakteri vibrio kuning sesudah diberi perlakuan cuka aren dan sari daun asam mengalami penurunan dibanding dengan perlakuan sari daun pacar (bertambah 70 CFU/mL) dan kontrol yang kelimpahannya bertambah 1,6 x 102 CFU/mL. Terhadap kelimpahan bakteri vibrio hijau, perlakuan yang berpengaruh adalah dengan penambahan sari daun asam yang mengalami pengurangan sebesar 1,1 x 102 CFU/mL, sedangkan perlakuan lainnya cenderung bertambah setelah diberi perlakuan. Urutan efektifitas daya hambat terhadap kelimpahan bakteri dari tabel diatas yaitu sari daun asam, cuka aren dan sari daun pacar.
Tabel 5
Nilai pH sari bahan alami sebelum dan sesudah diberikan selama 24 jam
Sari bahan alami ini aman digunakan sebagai bahan desinfeksi maupun sebagai bahan antibiotik alami pengganti antibiotik kimia karena tidak merubah nilai pH perairan dan mudah terurai didalam air. Hal ini terbukti dari nilai pH sari bahan alami sebelum dan sesudah diberikan (Tabel 5). Sebelum diberikan, sari bahan alami tersebut berpH asam tetapi setelah diberikan kedalam wadah sebanyak 1 ppt selama 24 jam, sari bahan alami tersebut mengalami pengenceran dan terurai secara alami sehingga pH air media dalam wadah menjadi normal kembali yaitu dalam kisaran 7,9.
Jika dibandingkan dengan antibiotik kimiawi yaitu oxytetracyclin, zona hambat sari-sari bahan alami yang dicobakan diatas rata-rata masih bernilai resisten (diameter zona <> 18mm). Dikarenakan yang dujicobakan pada studi ini baru berupa sari bukan berupa ekstrak bahan aktif maka wajar apabila daya hambat sari bahan alami ini kurang berpengaruh terhadap kelimpahan bakteri vibrio hijau. Dibandingkan dengan antibiotik ampicillin yang hanya efektif terhadap 4 isolat ( bernilai sensitif) dan terhadap 2 isolat bernilai intermediate, kemampuan sari bahan-bahan alami seperti sari daun asam, sari daun pacar dan cuka aren sedikit dibawahnya. Dan bila dibandingkan dengan iodin 1 % yang sering digunakan menjadi bahan desinfeksi telur di hatchery relatif lebih baik.
Masa simpan sari bahan-bahan alami berbeda-beda. Setelah disimpan selama 9 bulan dalam refrigerator dengan suhu 8 - 10 ºC, kondisi cuka aren tetap bagus. Sedangkan selama 3 bulan sari daun pacar inai yang berada dalam refrigerador tetap berbau segar. Tetapi sari daun asam hanya bertahan selama 1 bulan dalam refrigerador, lebih dari itu akan mengering dan ditumbuhi jamur.
4. Kesimpulan dan saran
Sari bahan – bahan alami seperti sari daun asam, sari daun pacar dan cuka aren dapat dijadikan sebagai alternatif antibakterial alami dan bahan desinfektan alami pada sistem budidaya tradisional atau sistem budidaya organik yang meniadakan pemakaian antibiotik kimiawi. Bahan-bahan alami relatif lebih baik dibanding dengan iodin walau masih sedikit efektif dibawah ampicillin dan jauh dibawah efektivitas oxytetracyclin tetapi bahan-bahan alami ini aman digunakan karena mudah terurai di perairan tertutup.
Hasil ini masih harus ditambah dengan kajian dengan menggunakan ekstrak bahan aktif dari bahan-bahan alami tersebut serta pengaruhnya terhadap organ-organ komoditas budidaya.
Referensi
Aritonang, Anna H,MP. Apresiasi Diagnosis HPIK Bakteri SKI Kelas I Tabing Padang, Makalah.2005
Chong ,YC and Chao,TM. Common Diseases of Marine Foodfish. Fisheries Handbook no.2, 1986, Ministry Of National Development, Republic of Singapore
Cowan, Steel’s.1993. Manual For The Identification of Medical Bacteria. 3ed.Cambridge University Press
Frerichs, G.Nicolas and Millar, Stuart D. Manual For The Isolation and Identification of Fish Bacterial Pathogens, Piscess Press,Stirling.
Holt, John G. The Shorter Bergey’s Manual Of Determinative Bacteriology, 8th ed, The William and Wilkin Company, Baltimore
Kelly MS, Florene C ; Hite, K.Eileen. Microbiology. 2nd ed, New York
Lay, Bibiana W. Analisis Mikroba Di Laboratorium, 1994, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Lightner, Donald V,Ph.D. A Handbook of Pathology and Diagnostic Procedur For Diseases of Penaeid Shrimp. Departement of Veterinary Science, University of Arizona, Arizona,USA
Sarono,Adi dkk, Deskripsi Hama dan Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri, Buku 2,1993, Pusat Karantina Pertanian,Jakarta
Vandepitte,J and Verhaegen,J, et al. Basic Laboratory Prosedures In Clinical Bacteriology. 2nd ed. 2003. World Health Organization, Geneva.